Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penulis Mantra: "Awatara Brahma" Meringkas Mahapurana

29 April 2020   03:19 Diperbarui: 29 April 2020   04:32 1331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antologi puisi "Penulis Mantra" [facebook.com/Lanny Koroh]

Brahma lahir dari teratai pada pusar Wisnu. Brahma dan Wisnu berkarya bersama. Brahma mencipta, Wisnu yang memelihara.

Dalam berbagai kisah, Brahma dan Wisnu juga sering bersama--"kita berjalan di atas harum tanah basah"||. Misalnya saja dalam menciptakan Batara Kala. Wisnu dan Brahma bersama-sama menemukan ceceran peju Siwa dan meniupkan kehidupan hingga terciptalah Batara Kala.

Wisnu adalah dewa yang menari--"sedekat apa tarianmu"--dan sesekali muncul dalam wujud perempuan, Mohini.

Di dalam kitab Wisnupurana, Wisnu dalam sosok Mohini mengalahkan raksasa Bhasmasura dengan tarian. Ketika itu Bhasmasura hendak membunuh Siwa dengan kekuatan yang diberikan Siwa sendiri. Siwa meminta bantuan Wisnu. Kenyataan bahwa justru Siwa-lah Sang Nataraja, dewa tetarian, kita kesampingan saja.

Wisnu dikenal juga sebagai dewa air, dan bos Indra[11] sang dewa hujan. "Aku lelaki tak pernah mengerti hujan...biarkan aku belajar untuk sekedar mengerti arti hujan".

Dalam beberapa kesempatan, Wisnu hadir dalam awatara/avatar yang manis, penuh kasih, dan pembawa tawa. "Kau manis Merayu dunia dengan tawa Meramu sajak hidup yang riuh Menanarkan pandangankuu Mendekap erat jejak lahirmu Dan tertidur Dan tersenyum di dalam mimpi".

Tentu saja, karena ia Sang Pemelihara. Ia lah yang mendatangkan hujan--"di manapun hujan turun burung berteduh di bawah dauh basah dan kita mengenang hari yang sejuk...di atas tanah harum basah...kau selalu memetik bunga...menaburi luka sejarah dengan cinta"--seperti ketika ia menitis sebagai Rama[12] , Krishna sang Govinda/pemberi kebahagiaan[13] , atau Siddhartha Gautama.[14]

Wisnu juga sering hadir ketika peralihan zaman atau sebagai pembawa perubahan--"mengirim Agustus ...melewati Juli yang asing....Membentangkan hari-hari di depanku Juli terlampaui"--.

Contohnya sebagai Wamana, bocah brahmana yang mengakhiri kezaliman Mahabali, seorang Asura[15] cucu Prahlada di masa Tretayuga; sebagai Parasurama/ Ramaparasu, seorang Brahmana imortal bersenjatakan kampak yang mengakhir perang para ksatria di masa Tretayuga; sebagai Matsya Awatara, ikan ajaib yang memperingatkan Satyabrata/ Waiwaswata Manu untuk segera membuat bahtera karena akan datang air bah pada zaman Satya Yuga; dan sebagai Kalki, ksatria berpedang penunggang Devadatta yang akan datang --masih ditunggu hingga kini--- di akhir Kaliyuga[16] untuk menegakkan keadilan.

Menggoda Siwa di dalam Puisi "Ayunan Waktu" dan Puisi "Bermain Angin"

Di dalam "Bermain Angin", Brahma (aku-lirik) becanda sambil berharap pada Siwa (kau-lirik), membiarkannya lebih lama menyaksikan ciptaannya atau meneruskan penciptaan (sambil Wisnu memeliharanya)--"Ijinkan aku bermain angin"--sebelum kuasa Siwa mendatangkan Pralaya--"dan senyummu meruntuhkan gunung.||"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun