Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Baru Saja Rajanya Minta Maaf, Nongol Berita Warga Belanda Pukul Nelayan Lokal

11 Maret 2020   08:41 Diperbarui: 12 Maret 2020   05:22 2261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raja Belanda Willem Alexander [Antarafoto Kompas.com]

Kadang-kadang peristiwa-peristiwa hadir saling lepas namun terjadi sedemikian rupa sehingga ketika dijejer mereka membentuk puisi. Sebuah puisi yang ditulis semesta untuk menertawakan kehidupan kita.

Selasa, 10 Maret, banyak media memberitakan permintaan maaf Raja Belanda Willem-Alexander kepada rakyat Indonesia. Permintaan maaf itu bukan terkait 350 tahun penjajahan, melainkan peristiwa-peristiwa kekerasan oleh Belanda setelah proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Setelah kemerdekaan, Belanda masih beberapa kali menumpahkan darah rakyat Nusantara. Di antaranya adalah dua kali agresi militer serta aksi Westerling di Sulsel dan angkatan Perang Ratu Adil di Bandung.

Permintaan maaf itu bagus -meminjam kata-kata Pak Mahfud MD yang kini mengomentari segalanya sebagai 'itu bagus'-, dan patut kita sambut baik meski Westerling hidup nyaman hingga meninggal dengan tenang di Belanda tanpa pernah diadili.

Lagi pula tiada guna memprotes soal Westerling tidak diadili kepada Raja Willem-Alexander. Saat Westerling meninggal (1987), Willem baru beberapa tahun boleh nyetir sendiri.

Bukan Westerling, melainkan pria berinisial EJ yang membuat peristiwa permintaan maaf Raja Willem menjadi bagai puisi.

Di hari yang sama dengan peristiwa permintaan maaf Raja Willem, media masa juga memberitakan EJ, warga negara Belanda yang punya rumah di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, memukul Soleman, nelayan setempat.

EJ melayangkan 3 bogem ke wajah Soleman, membuat pelipis mata kanan lelaki usia 50 tahun itu sobek dan wajahnya memar. Gara-gara itu, polisi menahan EJ di Mapolres Rote Ndao, sejak 8 Maret hingga 27 Maret nanti. Peristiwa pemukulan itu sendiri terjadi pada 4 Maret di sebuah hotel.

Pemukulan Soleman oleh EJ mengingatkan kita pada arogansi pembesar kompeni di film Jaka Sembung, Si Jampang, dan yang lainnya--lengkapi sendiri list-nya, saya malu ketahuan sudah tua. 

Bedanya kali ini terjadi 75 tahun setelah Indonesia merdeka; dan beberapa hari sebelum Raja Willem minta maaf atas peristiwa-peristiwa kekerasan kolonial pascakemerdekaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun