Mohon tunggu...
Ayang
Ayang Mohon Tunggu... Konsultan - None

Just none.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pengelolaan Taman Nasional Komodo Ditujukan untuk Komodo, Rakyat, atau Pemodal Besar?

30 Juli 2019   01:23 Diperbarui: 30 Juli 2019   20:13 2142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komodo (Varanus komodoensis) hidup liar di Pulau Rinca, Jumat (10/6/2016). Populasi komodo di Pulau Rinca yang merupakan bagian dari Taman Nasional Komodo sekitar 2.800 ekor.(KOMPAS/RADITYA HELABUMI)

Gubernur mencemaskan menipisnya populasi rusa, yang berarti pula keberadaan Komodo dalam ancaman. Beralasan jika Gubernur menghubungkan kian kecilnya tubuh komodo--begitu yang ia amati--dengan dugaan berkurangnya populasi rusa.

Memang, soal berkurangnya populasi rusa ini masih diperdebatkan. Informasi yang dimiliki Gubernur Laiskodat berbeda dengan yang diketahui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Dalam data versi KLHK, yang mereka peroleh tahun 2017, ada 3.900 rusa dan 200 kerbau hidup di Pulau Rinca, Pulau Komodo, Pulau Padar, Pulau Gili Motang dan Pulau Nusa Kode. Pulau-pulau ini tempat komodo hidup. Dengan jumlah demikian, menurut KLHK tidak ada penurunan populasi rusa yang patut dicemaskan ("Catatan KLHK di TN Komodo: Jumlah Rusa Lebih Banyak dari Komodo" Detik.com. 22/1/2019).

Saya tidak paham diet komodo. Namun data KLHK itu mencemaskan saya. Bukankah biasanya dalam ekosistem yang sehat itu jumlah makanan beberapa kali lipat pemangsa?

Dengan populasi 3.900 rusa dan 200 kerbau, pikiran awam saya membayangkan komodo harus banyak menjadwalkan puasa sebab jumlah mangsa hampir setara jumlah mereka. Menurut KLHK, pada 2017 hidup 2.762 komodo, tersebar di Pulau Rinca (1.410), Pulau Komodo (1.226), Pulau Padar (2), Pulau Gili Motang (54) dan Pulau Nusa Kode (70).

Terlepas dari berkurang-tambahnya populasi hewan mangsa komodo, sebanding-tidaknya jumlah mereka terhadap komodo, niat Gubernur Laiskodat untuk merenovasi TNK, yang termasuk di dalamnya memperketat pengamanan untuk mencegah pencurian rusa, adalah benar dan baik.

Sudah beberapa kali terjadi pencurian rusa oleh pemburu liar dari provinsi lain. Ada yang digagalkan kepolisian, sangat mungkin lebih banyak yang tidak terdeteksi. Kejahatan selalu merupakan fenomena gunung es. Yang terdeteksi hanya sembulan putih putingnya di permukaan laut biru.

KLHK tidak menolak rencana penutupan sementara TNK. Mereka mengamini perlunya penataan kawasan TNK, termasuk perbaikan tata kelolanya demi konservasi Komodo sebagai warisan dunia.

"Oleh karenanya, perlu dilakukan perbaikan tata kelola khususnya terkait dengan pengamanan dan perlindungan satwa komodo termasuk ketersediaan mangsanya, terutama rusa," kata Direktur Jenderal KSDAE Kementerian LHK Wiratno ("KLHK Bentuk Tim Terkait Rencana Penutupan Pulau Komodo" Republika.co. 6/2/2019).

Tetapi penutupan dan penataan perlu hati-hati, tidak boleh gegabah. Dibutuhkan kematangan studi dan perencanaan, serta pelibatan banyak pihak terkait. Untuk itu pada Februari 2019 sudah diadakan rapat koordinasi antara KLHK (diwakili Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Pemprov NTT, dan Pemkab Manggarai Barat.

_____________

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun