Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tanya Terlupakan di Indonesia Development Forum (IDF) 2019

22 Juli 2019   22:41 Diperbarui: 23 Juli 2019   11:24 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembukaan IDF 2019 [Republika.co.id]

Dengan crowdsourcing,  majikan tak perlu mengenal buruh-buruhnya. Tak dibutuhkan kontrak kerja yang membebani kedua pihak dengan kewajiban-kewajiban. Tak perlu ada perundingan bipartit, tripartit, dan perselisihan hubungan industrial jika hubungan kerja putus. Tak perlu ada kewajiban membayar upah minimum, tunjangan hari raya, dan lain-lain. Banyak hal yang membebani majikan dalam hubungan industrial tradisional, kini bisa dicampakkan.

Dirimu butuh produk tertentu, lemparkan saja ke marketplace, biarkan orang-orang yang tak kaukenal berebutan menawarkan harga terendah. Produk jadi, kaubayar, lalu selamat tinggal, sampai jumpa di order berikutnya jika mereka masih menawarkan harga terendah di kelas kualitasnya.

Hanya sebagian kecil marketplace yang hadir sebagai Simba, Nala sayang. Kita tentu wajib berterima kasih kepada para Simba yang telah memberikan kesempatan Ibu Marta di pedalaman Flores bisa langsung dagangkan kain tenunnya ke pembeli di New York. Soal banyak middleman kehilangan pekerjaan tak produktif mereka. Biarkan saja.

Tetapi lebih banyak marketplace adalah kawanan Hyena, Nala cantik. Mereka mengumpulkan para pekerja informal dalam pasar lelang lintas negara, usia, dan keahlian untuk saling membantai diri sendiri dengan penawaran harga tenaga kerja semurah-murahnya.

"Anda butuh artikel sesuai SEO, saya kerjakan 500 kata cukup dengan 2 USD," demikian iklan bunuh diri buruh-buruh jenis baru, para precariat pada laman profil mereka di marketplace content creator.

Tidak ada aturan upah minimum dan hak-hak normatif yang menjangkau relasi baru ini. Buru-buru bicara keamanan kerja dalam sektor informal baru ini. Buruh-buruh sektor formal saja masih berperang melawan pemberlakuan outsourcing yang tidak tepat sektor.

Memang, dunia baru menawarkan mimpi dan kesempatan terhadap para precariat---precarious proletariat---untuk jaya gilang-gemilang, menjadi sekaya-kayanya, bahkan melampaui majikan perusahan-perusahaan tradisional. Lihat saja segelintir Youtubers. Lihat saja sejumput dari rimba raya akun-akun Instagram.

Tetapi  mayoritas content creator  justru hidup tak lebih baik dari tukang ledeng atau kuli galian di tepi jalan tol. Untuk sukses di sana, orang butuh bekerja lebih keras, bahkan berani menjadikan apapun yang melekat pada dirinya sebagai komoditi. Maka jangan heran jika kita temukan akun-akun youtube atau Instagram sukses yang berisi video kehidupan privat keluarga mereka. Jangan heran jika demi sukses, orang rela merekayasa pertengkaran rumah tangga. Hanya demi viral. Sebab tanpa viral, tak ada view. Tanpa view akan sedikit dollar yang kauhasilkan dari tayangan iklan.

Maka jika dahulu hanya buah dada yang dijadikan komoditi di sampul-sampul majalah dan di billboard di persimpanan ramai di pusat kota; kini bahkan kamar tidur suami-istri, apa yang dimakan, gunjingan terhadap mertua, bahkan pertengkaran dalam rumah dijadikan komoditi. Ingin kaya di era crowdsourcing, komodifikasi semua yang laku terjual.

Aiiih. Daripada tak habis-habisnya ini gerundelan. Kita hentikan saja di sini. Pegang saja ini: jangan cuma kesiapan pekerja yang dipikirkan; jangan cuma inovasi rupa ragam marketplace yang diupayakan; jangan cuma angka serapan tenaga kerja (di sektor informal) demi polesan statistik yang dikejar.

Susun pula regulasi yang melindungi kesejahteraan dan keamanan kerja para pekerja jenis baru. Bikin regulasi yang mengatur matematika bagi hasil iklan atau bagi hasil usaha dengan adil. Bikin regulasi yang mengatur berapa nominal terendah sebuah produk terstandar (barang dan jasa) didagangkan di marketplace.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun