Mohon tunggu...
Ayang
Ayang Mohon Tunggu... Konsultan - None

Just none.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Titik Damai Pro-Kontra Pembubaran FPI: Ubah Jadi Front Respons Bencana

11 Mei 2019   00:08 Diperbarui: 13 Mei 2019   10:53 1551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masa FPI dalam aksi [celotehjateng.com]

Rakyat Indonesia lagi-lagi terbelah. Sebenarnya ini kelanjutan pembelahan oleh pilpres. Medan polemiknya saja yang baru, antara golongan yang mendukung pembubaran FPI atau menolak perpanjangan izin organisasi FPI dengan golongan masyarakat yang menginginkan FPI tetap ada.

Serupa hasil pilpres, mayoritas rakyat Indonesia (56 persen) yang memilih Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam pilpres 2019 tampaknya juga adalah golongan yang ingin FPI dibubarkan. Sebaliknya, minoritas rakyat (44 persen, konstituen yang mencoblos Prabowo-Sandiaga) menginginkan FPI tetap ada.

Ketika artikel ini mulai ditulis (10/5, pukul 12:36 WIB) petisi "Stop Ijin FPI" yang dibuat akun Ira Bisyir di change.org telah ditandatangani 300.299 pemilik akun. Sebaliknya penandatangan petisi "Dukung FPI terus eksis" sudah berjumah 108.218 akun.

Membaca kolom komentar pada petisi, tampak ada 4 alasan mengapa mayoritas rakyat menginginkan FPI bubar. Keempat alasan itu adalah  (1) FPI kelompok radikal; (2) FPI mendukung khilafah; (2) FPI mempromosikan kebencian SARA; (3) FPI organisasi tukang buat onar.

Di sisi minoritas, golongan yang mau FPI tetap ada berpijak pada dua alasan, yaitu FPI sering terlibat dalam respon bencana alam dan FPI menertibkan praktik maksiat.

Saya kurang setuju dua poin pertama (FPI kelompok radikal dan FPI pendukung khilafah) alasan golongan masyarakat yang menuntut FPI bubar.

FPI bukanlah kelompok radikal.

Jika mengacu pada kamus, radikal berarti "1. secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip): ... 2. Pol amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan); 3. maju dalam berpikir atau bertindak."

Pada masa kemerdekaan dahulu, tokoh dan organisasi pergerakan yang menuntut Indonesia merdeka sesegera mungkin disebut kelompok radikal. Sebaliknya kelompok yang sudah puas dengan status Indonesia memiliki pemerintahan sendiri di bawah kerajaan Belanda (seperti negara commonwealth) atau yang bersedia menunggu tanpa batas waktu hingga kemerdekaan diberikan sukarela oleh penjajah adalah kaum moderat.

FPI sangat tak memenuhi pendefinisian di atas. Tak ada perubahan mendasar yang FPI perjuangkan. FPI juga jauh dari layak disebut maju dalam berpikir atau bertindak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun