Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

May Day Membesar-Meluas, Parpol Buruhnya Kapan, Mad?

1 Mei 2019   18:31 Diperbarui: 1 Mei 2019   19:13 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari Buruh Internasional 1 Mei 2019 [Tribunnews.com]

Selebaran tak mudah dibagikan. Jika buruh tak awas pantauan sekuriti, selebaran akan dirampas dari mereka, orang-orang yang menyebarkannya dicari tahu dan diintimidasi. Maka untuk menggaungkan rencana aksi 1 Mei, pada malam hingga subuh, kami menempelkan poster-poster gelap di tembok-tembok pagar pabrik. 

Demi menghindari aparat polisi dan preman kawasan pabrik, aksi penempelan poster dilakukan pukul 12 malam dan baru berakhir sekitar pukul 3 subuh. Baru pada jam begitu saya bisa kembali ke kos di Taman Sari, beristirahat sebentar, masuk kuliah jika ada mata kuliah sulit, lalu kembali ke Cimahi.

Kami juga harus mempelajari geografis kawasan; mengidentifikasi pabrik-pabrik berjumlah buruh besar yang terletak di kawasan strategis; membangun kontak dengan massa buruh mereka. Jika buruh dari pabrik-pabrik itu tak diizinkan majikan terlibat dalam unjuk rasa, aksi penggedoran pabrik akan dilakukan. Tujuannya untuk memberanikan diri buruh-buruh menuntut dibolehkan bergabung bersama massa yang telah menunggu di luar.

Jika buruh dari pabrik-pabrik besar sudah berhasil dibawa keluar, akan lebih mudah lagi mengajak buruh dari pabrik-pabrik lain sepanjang koridor yang dilewati massa aksi.

Aksi gedoran bukan perkara mudah. Apalagi gedoran pertama di pagi hari, ketika jumlah penggedor hanya belasan orang. Risiko direpresi aparat sangat besar. Jika terciduk semua, bisa gagal mobilisasi massa dari kawasan itu.

Hari H pengalaman gedor pabrik 1 Mei di Cimahi kala itu itu tak bisa saya nikmati gara-gara terkena diare. Mungkin karena lelah, mungkin karena kebanyakan makan rujak dalam kamuflase acara diskusi dengan buruh-buruh. Beberapa bulan kemudian saya kena thypus.

Dahulu, meski sudah mempersiapkan dengan susah payah, massa yang terlibat tidak seberapa. Ada lima ribuan saja yang turun ke jalan, hati kami sudah sangat senang.

Kini penyelenggaraan 1 Mei sudah jamak dan mudah. Tantangan dari aparat dan majikan---meski ya, satu dua tindakan represif dari apparat dan majikan masih terjadi---sudah jauh berkurang. Respon negatif justru lebih banyak datang dari warganet, orang-orang yang menyimpan nalar dan nuraninya di pangkal tungkai kaki.

Sayangnya, di tengah banyak kemajuan dalam gerakan buruh, ada satu pekerjaan rumah yang tak kunjung mampu mereka selesaikan: membangun partai politik buruh (yang bersatu dengan kelompok sosial terpinggirkan lainnya).

Aksi satu Mei dari tahun ke tahun harusnya merupakan sekolah yang paling terang benderang mengajarkan buruh bahwa mereka memiliki kepentingan-kepentingan yang hanya bisa terpenuhi jika kekuasaan berpihak kepada mereka.

Kekuasaan hanya akan sungguh berpihak jika mereka adalah bagian penting, kekuatan signifikan di dalamnya, bukan kelompok yang berteriak-teriak di luar, atau mengemis kebaikan elit politik, menukarnya dengan vote massa buruh dalam pemilu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun