Mohon tunggu...
Ayang
Ayang Mohon Tunggu... Konsultan - None

Just none.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Megawati dan Perjuangan Ideologi

7 Januari 2019   01:46 Diperbarui: 7 Januari 2019   10:38 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mural Wajah Megawati dalam Parade Akhir Pekan PDIP [foto: pepnews.com]

Minggu, 6 Januari, kawasan International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat memerah, ramai oleh orang-orang berkaos sewarna bendera PDIP. Di sana memang sedang berlangsung hajatan "Banteng." Sekitar 3.000 orang banyaknya terlibat aneka mata acara. Ada panggung hiburan, ada menari massal poco-poco.

Acara bertajuk Parade Akhir Pekan ini merupakan satu dari rangkaian acara memperingati HUT ke-46 PDIP yang berpuncak pada 10 Januari nanti.

Biasanya saat perayaan ulang tahun PDIP, yang paling saya nantikan adalah penyampaian pidato ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri. Itu karena saya menganggap pidato ketua umum adalah bocoran ringkasan perjuangan ideologi, garis politik, dan kebijakan organisasi (IPO) parpol yang disampaikan kepada khalayak. Menyimaknya membuat kita paham arah kebijakan IPO PDIP ke depannya.

Diberitakan media, tema HUT ke-46 adalah "Persatuan Indonesia Membumikan Pancasila." Bicara Pancasila berarti bicara ideologi bangsa, yang juga ideologi PDIP. Jika disandingkan dengan pidato-pidato sebelumnya tampak jelas Megawati menempatkan ideologi sebagai hal yang sangat penting.

Perjuangan ideologi Megawati berlangsung di dua ranah. Ke eksternal, kepada bangsa Indonesia, Megawati tak henti-henti mengingatkan pentingnya menegakkan dan mengamalkan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Ke dalam, ia tak cuma menuntut kader-kader PDIP menjadi pembela pancasila. Gigih pula ia menagih partainya sungguh-sungguh mempraktikkan ideologi perjuangan--Megawati menyebutnya teori perjuangan--Marhaenisme.

Dalam pidato di HUT ke-43, 10 Januari 2016, Megawati mengingatkan arti penting marhaenisme sebagai teori perjuangan yang menuntun PDIP untuk berada di garis perjuangan massa marhaen, bersifat progresif dan revolusioner. Bagi Megawati, sebagai teori perjuangan, Marhaenisme berperan menyatukan unsur-unsur kelas populer massa marhaen dengan PDIP sebagai tubuh formal politiknya.

Dalam pidato ultah ke-44, 10 Januari 2017, Megawati bicara panjang lebar tentang hakikat Pancasila dan ancaman infiltrasi ideologi tertutup yang bukan lagi laten melainkan manifest. Ideologi tertutup yang diimpor dari negara-negara berkonflik ini dipandang sebagai ancaman utama persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.

Tampaknya oleh maraknya mobilisasi politik berbasis sentimen agama di masa pertarungan pilgub DKI, Megawati memandang penyebaran ideologi tertutup yang bertentangan dengan Pancasila sebagai problem pokok bangsa. Karena itulah ia menyebut masa ini sebagai era "struggle to survive." Ini adalah masa di mana bangsa Indonesia berada dalam perjuangan untuk bertahan secara fisik dan mental.

Pada perayaan HUT PDIP ke-45, dalam pidato berjudul "Pancasila Bintang Penuntun Indonesia Raya," Megawati bicara tentang mengapa berpolitik harus dilandaskan pada ideologi yang benar.

Menurut Megawati, politik berbasis ideologi yang benar akan melahirkan massa rakyat yang sadar, yang memiliki tanggungjawab kebangsaan. Ideologi yang benar juga menuntun pemimpin politik meleburkan diri dalam masalah sosial ekonomi rakyat.

Sebaliknya, Megawati mengkritik ideologi yang semata-mata berfungsi  mengumpulkan pengikut yang patuh tanpa rasionalitas dan melegitimasi para pemimpinnya yang mahir manipulasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun