Mohon tunggu...
Ayang
Ayang Mohon Tunggu... Konsultan - None

Just none.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mahar 500 M, Partai Demokrat Bermain 2 Pisau dalam Koalisi, dan Cara Mengatasinya

14 Agustus 2018   09:26 Diperbarui: 14 Agustus 2018   18:43 1520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: SBY dan Andi Arief, Menafaatkan skandal mahar 2 M, Partai Demokrat bermain 2 pisau dalam koalisi [diolah dari Tribunnews.com, Twitter.com/andiarief, Youtube.com/tilariapadika]

Jangan berharap Partai Demokrat menghentikan Andi Arief bicara tentang mahar 500 miliar. Selain karena Andi Arief memang tipe keras kepala yang sudah diatur-atur jika sedang merasa benar, pernyataan Andi Arief di twitter-nya soal Jenderal Kardus dan mahar 500 miliar dari Sandiaga kepada PAN dan PKS memang atas restu Partai Demokrat alias sudah jadi keputusan kolektif.

Soal restu kolektif pimpinan Partai Demokrat atau pers bahasakan sebagai perintah partai ini Andi Arief akui saat diwawancancarai dalam acara "Sapa Indonesia" di Kompas TV, 13/08/2018.

Menurut saya, Partai Demokrat memiliki dua motif untuk melakukan serangan kepada Prabowo, PAN, dan PKS dengan membocorkan soal mahar 500 miliar ini.

Pertama, seperti yang diakui Andi Arief sendiri, baik dalam wawancara tv atau melalui twitternya, hal itu dilakukan untuk mengaborsi pasangan Prabowo-Sandiaga dan menggantinya dengan Prabowo-AHY.

Kedua, sangat mungkin Partai Demokrat memang sedang memainkan dua pisau. Satu pisau diarahkan ke kubu Jokowi, dan satu lagi diarahkan kepada rekan-rekan koalisi.

Strategi memainkan dua pisau dalam pemilu legislatif yang bersamaan dengan pilpres sangat mungkin dilakukan parpol untuk mengambil keuntungan elektoral maksimal dari koalisi pilpres.

Kita tahu, pasangan Prabowo-Sandiaga yang merupakan kawin incest politik Gerindra-Gerindra menyebabkan coat-tail effect atau efek ekor jas di kubu koalisi oposisi memberikan keuntungan sebesar-sebarnya kepada Partai Gerindra. Dampak kepada parpol-parpol sekutu (PAN, PKS, dan Partai Demokrat) akan sangat kecil.

Coat-tail effect dalam konteks pemilu-pilpres 2019 ini adalah mengalirnya suara pemilih capres-cawapres kepada caleg parpol pengusung. Jadi dengan berkoalisi untuk pilpres, parpol-parpol pengusung mengharapkan bonus tambahan suara (selain dari basis pemilih parpol bersangkutan) dari rakyat yang menyukai pasangan capres-cawapres yang mereka usung.

Karena ceruk suara coat-tail effect yang disisakan Gerindra kepada PKS, PAN, dan PD sangat kecil, Partai Demokrat merasa perlu bermanuver agar sebesar-besarnya ceruk itu menguntungkan Partai Demokrat. Itu berarti Partai Gerindra, PAN, dan PKS harus delegitimasi dihadapan rakyat pendukung Prabowo.

Skandal mahar 500 miliar kepada PAN dan PKS adalah peluru emas yang bisa memberikan dampak itu.

Rakyat pemilih Prabowo akan melihat PAN dan PKS tidak tulus memperjuangkan Prabowo segai capres dan karena itu tidak akan memilih caleg keduanya dalam pemilu legislatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun