Ketimpangan bukan cuma disebabkan perbedaan tingkat upah, tetapi juga oleh mental korup para birokrat yang disebut dengan istilah guandao ('official profiteeting') yaitu memanfaatkan akses membeli murah barang-barang pada harga administered tetapi menjualnya kembali pada harga pasar.
Liberalisasi ekonomi, terutama perbedaan upah dan kebijakan dua harga ternyata berdampak pada kelangkaan barang-barang pada harga administered sebab diborong pejabat dan keluarganya. Sementara barang-barang pada harga pasar sulit diakses karena inflasi.
Kondisi ini melahirkan protes yang sebenarnya telah dimulai oleh kader Partai Komunis dari kalangan buruh sejak 1979.
Baiklah. Bagian pertama sampai di sini dulu. Kita lanjutkan pembahasan latar bekalang politik peristiwa Tiananmen pada artikel bagian kedua.
***
04062018
Tilaria Padika
Bahan bacaan:
- Suettinger, Robert L. (2003). Beyond Tiananmen: the politics of U.S.-China relations, 1989-2000. The Brookings Institution.
- Hay, Jeff (ed) Â (2010). The Tiananmen Square protests of 1989. Greenhaven Press
- Naughton, Barry (2009). Â "China: Economic Transformation Before and After 1989." Makalah dalam konferensi "1989: Twenty Years After."
- Kerns, Ann (2011). Who Will Shout If Not Us? : student activists and the Tiananmen Square protest, China, 1989. Â Lerner Publishing Group, Inc.