Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar dari Pengalaman Pembantaian Tiananmen 4 Juni 1989 (1)

4 Juni 2018   15:50 Diperbarui: 4 Juni 2020   08:59 1440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unjukrasa di Lapangan Tiananmen. Sumber: tangkap layar buku Ann Kerns (2011)

Dunia mengenalnya sebagai peristiwa Pembantaian Lapangan Tiananmen. Terjadi di China, 4 Juni 1989, puncak dari ketegangan antara pemerintah dan mahasiswa. 

Militer China merepresi pengunjuk rasa, menembaki satu jutaan massa mahasiswa dan buruh. Sekurang-kurangnya 400 orang tewas, ada yang mengklaim hingga 7.000 dan ribuan lain dipenjarakan.

Kita akan membahas peristiwa ini untuk mengambil pelajaran-pelajaran penting darinya agar peristiwa serupa tidak terjadi di Indonesia masa depan.

Artikel ini terbagi atas dua bagian. Bagian pertama membahas seting ekonomi yang melatar belakangi Pembantaian Lapangan Tiananmen. 

Pada bagian kedua nanti, kita akan membahas latar belakang politiknya, meliputi pertarungan internal di Partai Komunis China, jatuhnya Uni Soviet, dan reaksi rezim terhadap protes mahasiswa. Pada bagian kedua kita juga akan menarik kesimpulan berupa pelajaran-pelajaran apa yang perlu dipetik.

***

Setelah kematian Zhou Enlai (Januari 1976), Mao (September 1979), dan Liu Shaoqi (November 1969), serta penumpasan Gang of Four oleh Hua Guofeng, Deng Xiaoping tampil sebagai tokoh paling berpengaruh di PKC sekaligus dalam pemerintahan RRC.

Deng Xiaoping adalah tokoh partai yang pernah ditendang pada era Mao karena dinilai oportunis.

Setelah ditarik kembali pada masa Zhou Enlai dan menduduki posisi Sekjend PKC pada 1954, Deng Xiaoping menjabat Ketua Komisi Penasihat Pusat PKC (1982-1987) dan Ketua Komisi Militer Pusat (1981-1989).

Deng tidak pernah menjadi ketua partai. Tetapi ia memenangkan pengaruh di internal partai melawan Hu Yaobang yang menggantikan Hua Guofeng sebagai Ketua Umum PKC (1981-1982), sekaligus Sekjen PKC (1980-1987).

Pemikiran Deng Xiaoping bahkan diadopsi ke dalam ideologi resmi PKC, setara dengan Marxisme-Leninisme dan Pemikiran Mao Zedong. Pemikiran itu dikenal sebagai Dengisme, diklaim sebagai penyesuaian Marxisme-Leninisme dan Pemikiran Mao terhadap kondisi sosio-ekonomi Tiongkok. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun