Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kamilus Tupen, Masih Hal Baik dari NTT

13 Mei 2018   17:12 Diperbarui: 16 Juni 2018   17:19 1469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kamilus Tupen. Sumber: facebook.com/Kamilus Tupen Jumat

Pak Kamilus berpikir, jika rakyat bisa menghimpun modal, rakyat bisa menjadi majikan perusahaan, dan kekayaan yang selama ini mengalir ke segelintir pemilik modal bisa terbagi merata kepada rakyat. Rakyat menjadi majikan, manajer, sekaligus buruh.

Maka mulailah ia pasarkan gagasan itu kepada para tokoh dan pemuda di kampung. Ia ingin membangun sebuah badan usaha milik kolektif rakyat yang mencakup usaha simpan pinjam, koperasi produksi, koperasi konsumsi, hingga manajemen sumber daya manusia berbasis crowdsourcing.

Pak Kamilus memimpikan suatu saat nanti, kartu anggota organisasi ini berfungsi layaknya uang. Cukup dengan menunjukan kartu itu, anggota bisa membeli barang atau jasa dari anggota lainnya, mirip kartu kredit. Kira-kira seperti local exchange trading system (LETS), sejenis solidarity economy yang berdiri di British Columbia awal 1980an. Saya duga sistem LETS ini yang kemudian menginspirasi beragam mata uang digital sekarang ini.

Tidak mudah memasarkan gagasan itu. Orang-orang di kampung memandang Pak Kamilus sebagai orang aneh. Ia hendak mengembalikan fungsi uang semata-mata sebagai alat tukar, bukan penumpuk kekayaan. 

Setelah enam tahun berusaha, di ujung keputusasaan, Pak Kamilus didatangi sejumlah pemuda yang memintanya untuk mewujudkan gagasan-gagasan itu.

Menjelang Paskah 2010 berdirilah Kelompok Tani Lewowerang dengan anggota awal 30an orang yang menyetor simpanan pokok masing-masing Rp 100.000. Pada 2012, jumlah anggota KTL telah mencapai 400an orang dan tersebar bahkan hingga ke perantauan di Malaysia dan Papua.

Tidak seperti umumnya koperasi, KTL tidak melayani pinjaman konsumsi, tidak juga pinjaman investasi. KTL tidak meminjamkan uang sebagai inkind uang. KTL meminjamkan tenaga kerja. Karena itu, majalah Tempo edisi Bahasa Ingris pernah menyebut KTL sebagai koperasi waktu.

KTL hanya melayani pinjaman untuk pekerjaan di kebun, pembuatan rumah, dan pekerjaan pasca-panen. Tetapi bukan uang yang dipinjamkan.

Ketika ada anggota yang membutuhkan tenaga untuk membersihkan kebun---umumnya kebun mente---atau membangun rumah, anggota akan mengajukan ke KTL, berapa banyak pekerja yang dibutuhkan untuk berapa hari.

KTL lantas mengumumkan kepada anggota lain. Anggota yang bersedia menjadi pekerja akan dikirim ke lahan atau rumah si pengaju pinjaman.

Pada hari gajian, Rabu dan Sabtu malam, anggota yang telah bekerja akan menerima gaji dari kas KTL.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun