Orang-orang efisien mungkin memandang ini sekedar sampah. Sebagai kesia-siaan yang tak dibutuhkan sebab tidak rasional.
Saya tersenyum kepada orang di beranda ketika melintasi jalan depan rumah mereka.
"Kamu kenal?" tanya kawan sejalan.
"Tidak."
"Terus kenapa senyum?"
"Ya, basa-basi. Apakah saya harus pasang tampang datar atau berpura-pura mereka tak ada?"
Basa-basi lah yang membuat dunia ini hangat, yang memberi alasan sebuah kompleks perumahan layak disebut tetangga.
Budaya basa-basi ini rupanya turut terbawa ketika manusia menciptakan dimensi baru pertetanggaan: ranah daring.
Suatu ketika bertandang ke kantor teman, saya menemukannya dalam tampang jutek memandang layar laptop.
"Lu lihat kelakuan orang sekarang. Ini artikel baru sedetik diunggah si A di facebook. Gue baru mau baca, eh sudah penuh saja jempol orang-orang. Aneh benar. Nggakdibaca dulu, asal like saja," gerutunya.
"Namanya juga orang basa-basi, sekedar say hallo pada orang yang ada."