Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Manusia Katak di Gugus Sabuk Api

4 Oktober 2017   23:31 Diperbarui: 5 Oktober 2017   01:03 1413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah dari i.ytimg.com dan pulsk.com

"Mama, tidakkah kau merasa bahwa aku seharusnya bukan anakmu?" Demikian yang selalu Lambert tanyakan ketika ibu-anak itu sedang duduk berdua menikmati indah kembang-kembang kamboja di kebun belakang rumah mereka.

"Yah, mama sering berpikiran demikian, Nak. Seharusnya kami tidak menggunakan kantung kresek sisa kemasan gorengan itu. Mudah sekali sobek. Tetapi mau bagaimana lagi? Ketika itu sudah pukul dua dini hari. Warung kecil yang buka di dekat motel itu hanya menjual fiesta rasa pisang berukuran XL. Sangat longgar pada pria yang kemudian menjadi ayahmu."

Lambert selalu menyesal sudah menanyakan itu. Tetapi esok atau pekan depan ia akan tanyakan lagi. Lambert hanya butuh satu pendapat untuk membenarkan dugaannya, bahwa ia seharusnya kembaran Jong Hyun. Jika demikian, Prof. Linda yang mestinya juga kembaran Im Jin-ah sudah seharusnya ditetapkan takdir untuk jadi kekasihnya.

"Ah biologi sungguh ilmu yang indah. Bagaimana bisa perempuan lajang usia 26 tahun itu menjadi professor?" Demikian kagum dan cinta Lambert pada Biologi.

"Bukankah manusia menjadi katak dan katak menjadi manusia sudah pernah terjadi? Itu ulah penyihir yang hendak mencegah takdir. Tetapi cinta selalu menyelamatkan. Hanya dengan sebuah ciuman panas dan tulus, katak akan berubah kembali menjadi pangeran." Seperti biasa, Lambert acungkan jari dan mengajukan pendapatnya. Itu pula yang ia sampaikan tahun lalu, dan tahun sebelumnya, dan sebelumnya lagi.

Seperti tahun-tahun sebelumnya juga, segemulai langkah Lara Croft usai berlaga,  Prof. Linda mendekati Lambert. Lentik jemari profesor membenarkan kerah baju bekas kakak tingkat jauhnya itu, mengajak-acak rambut lelaki itu dengan lembut sambil menjelaskan, "Kak Lambert. Itu hanya dongeng yang dibacakan di atas ranjang menjelang tidurmu, berisi pesan moral agar hendaknya cinta dan kasih sayang tidak memandang status dan fisik, apalagi identitas ."

Lambert merasa trombositnya bergelinjang, menari dan bernyanyi suka cita di sepanjang arteri jika mendengar Prof Linda menyebut ranjang dan tidur. Ia juga punya firasat, cinta tidak memandang status dan fisik itu sengaja dilontarkan sebagai sandi untuknya, pesan yang menuntut keberaniannya melangkah lebih jauh.

"Profesor, usul saya sesekali kita kunjungi gugus pulau sabuk api untuk observasi." Lambert melangkah lebih jauh.

"Boleh. Kak Lambert mau Linda pesankan tiket?"

***

Sepekan lamanya Lambert dan Prof. Linda menetap di gugus pulau sabuk api, mengamati penduduk negeri yang telah ber-saltasi, mengalami loncatan evolusi (revolusi) menjadi katak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun