Pagi menjelang
Mata yang tak terpejam
Menuntut tualang
Sedikit kejam
Sinar mentari telah menyeruak
Terbingkai atap dan ranting pohon,Â
Menggores indah menghias di horizon
Bangunkan hari, soroti lalang yang mulai tampak
Agung bagai raja,
Elok bagai permaisuri
Lembut bagai sutra
Anggun bagai putri
Menyambut belahan bumi yang telah pulas semalam suntuk
Menarik hati, meraih kesadaran dalam kantuk
Rembulan menyingkir, tanda pertunjukan mulai memuncak
Dari jingga, merah, hingga biru berayun sayu dengan acak
Kaki berlari tak terkendali
Menunggu sesi akhir menuju tribun tak bertali
Namun, tak kalah agung sang maestro mengisi
Menonjolkan puncak yang tak terlapisi
Intipan nakal dari celah sadar yang tersisi
Bak lukisan megah memperkenalkan diri
Kandidat kuat pemicu motivasi
Mengamini pagi tanpa basi basi
Melapisi hati dengan syukur dan puji
Pucuk gunung pergi mengakhiri