Mohon tunggu...
tika
tika Mohon Tunggu... Full Time Blogger - A blue story

───── ❝ 𝓂𝑒𝓃𝓊𝓁𝒾𝓈 𝓊𝓃𝓉𝓊𝓀 𝓀𝑒𝒶𝒷𝒶𝒹𝒾𝒶𝓃 ❞ ───── 𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐦𝐲 𝐰𝐫𝐢𝐭𝐞 : ⚫ 𝗕𝗹𝗼𝗴 [𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝗮𝗯𝗹𝘂𝗲𝘀𝘁𝗼𝗿𝘆𝗶𝗱.𝘄𝗼𝗿𝗱𝗽𝗿𝗲𝘀𝘀.𝗰𝗼𝗺/] ⚫ 𝗪𝗮𝘁𝘁𝗽𝗮𝗱 [𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝘄𝗮𝘁𝘁𝗽𝗮𝗱.𝗰𝗼𝗺/𝘂𝘀𝗲𝗿/𝗯𝗹𝘂𝗲𝗸𝘀𝗶𝗮]

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kita dan Waktu

9 Mei 2019   15:50 Diperbarui: 13 September 2020   20:50 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : pinterest.com

Semua itu fana. Waktu, kamu dan aku. Semesta berhak menentukan kepergian dan kehadiran. Maka dari itu persiapkan hati agar tak terlalu sakit jka ia beranjak pergi. Semua benar-benar tak terduga, padahal kami sendiri tak berharap akan ada duka yang datang begitu saja. Kita pun tak berhak ikut campur atas kehendak semesta, apapun yang terjadi kita semakin dewasa semakin di tuntun untuk mandiri, di didik untuk kuat, diberi luka agar senantiasa tegar. Kulihat hujan tengah bersuka ria atas kepergian kamu, apa boleh buat bersedih pun tak akan mengubah segalanya akan kembali seperti awal lagi. Kuharap esok akan mengantikan semua yang sudah menjadi buih. Padahal aku mengira akan ada cerita yang beragam yang dinanti-nanti, ternyata semua hanya ilusi. Hati masih belum terima bahwa ia tengah di kecewakan oleh semesta, atau aku saja yang terlalu menaruh harapan pada manusia biasa seperti ia? semua itu berawal dari hal yang singkat dan berakhir cepat. Dulu aku belum menjadi apa-apa diantara kamu, sebatas berinteraksi biasa, sempat menghayal.

Pada akhirnya sadar bahwa ilusi mempermainkan hati yang sudah susah payah kususun pada akhirnya jatuh pada genggaman yang salah. Sekarang ada dia diantara kamu dan saya. Saya sudah terlanjur suka tanpa alasan. Maaf jika diri ini terlalu memaksakan kehendak tapi, bukan bermaksud demikian. Kurasa kau salah mengartikan perihal semua itu, hingga pada akhirnya menjauh. Disitu letak duka kembali menyeruak dan menjadi tamak untuk beberapa hari ini. Kita ditakdirkan untuk bertemu namun tidak untuk bersama. Kau tau bahwasannya meski waktu dan jarak telah membentangkan lampu hijau diantara kamu dan saya, tapi senja benar-benar tak ingin mengucapkan salam kepergian untuk kesekian kalinya, ia benar-benar benci akan kalimat itu.

Pada akhirnya duka seolah berteman baik dengan diri ini, memelihara hal itu dengan sedemikian rupa hingga melahirkan senja yang seperti sekarang, seperti yang kau kenal saat ini. Ia cengeng, namun tetap merona jingga meski ada duka yang datang tak dikira.

kompasiana-end-5f5e2332d541df3e7061d6b2.png
kompasiana-end-5f5e2332d541df3e7061d6b2.png

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun