Mohon tunggu...
Mohamad Nurmawan Pakaya
Mohamad Nurmawan Pakaya Mohon Tunggu... Penulis - Parlemen Jalanan

Pecinta ikan cakalang suwir-suwir

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dalam Renungan Kita Tidak Akan Mati di Penjara

16 Maret 2021   09:00 Diperbarui: 16 Maret 2021   09:07 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya menyarankan anda untuk kembali membaca paragraf pertama dalam catatan ini. Silakan. Jika sudah, mari kembali lagi untuk merenungkan, mengingat janji seorang Jokowi pada tahun 2014 silam ketika ia masih mencalonkan diri sebagai Calon Presiden bersama Calon Wakilnya, Jusuf Kalla.

Dalam ulasan KOMPAS yang tertanggal 6 maret, 2021. Sebuah berita yang dirilis oleh media nasional itu diberi judul dengan huruf tebal JOKOWI JANJI TOLAK IMPOR BERAS SEJAK NYAPRES 2014, REALISASINYA? Deng!!!

Belum lama ini, pemerintah telah mencanangkan soal impor beras sebanyak 1 Juta ton dengan alasan sebagai pengaman pangan di masa pandemi. Saya ulangi, sebagai "Pengaman pangan di masa pandemi". Artinya pangan kita akan diamankan. Bisa jadi tidak distribusikan alias disimpan saja sampai membusuk.

Wacana impor beras itu disambut oleh kritikan dari beberapa kalangan. Sebut saja Fadli Zon, ketua umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, salah satu orang yang mengkritik kebijakan impor tersebut.

Menurutnya, produksi beras pada tahun ini bisa mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri. Sebab pada Maret hingga April mendatang Indonesia akan memasuki puncak panen raya. Hal ini seiring dengan data yang dibeberkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yaitu potensi Gabah Kering Giling (GKG) perbulan januari hingga april mendatang mencapai 25, 37 juta ton atau setara 14, 54 juta ton beras. Angka itu naik sebanyak 3 juta ton, dibanding dari periode yang sama di tahun 2020.
(Sumber: KumparanBisnis)

Sederhanya adalah dari total ketersediaan stok beras di Indonesia dibagi dengan jumlah total masyarakat Indonesia hasilnya adalah Cukup. Bukankah begitu? Lalu apa yang membuat pemerintah pusat segitu pedenya mencanagkan impor beras sebanyak 1 juta Ton? Apakah Indonesia sudah berkurang lahan padinya? Apakah negara ini telah kurang sumber daya alamnya? Lalu mau dikemanakan nasib para petani yang setiap harinya berkutat dan bertaruh nyawa di ladang sawahnya?

Pada kasus ini, saya masih tetap mendapat sebuah perenungan. Lagi-lagi renungan itu jatuh berturut-turut menimpali gelas kopi. Menyatu dalam larutan pahit nan pekat.

Bicara soal impor, tentu saja ini telah menjadi budaya modern bangsa ini pasca dilanda krisis ekonomi pada tahun 90-an. Lain daripada itu, impor disebut-sebut sebagai solusi penanganan krisis ketersediaan kebutuhan pangan, sandang dan papan kita di Indonesia. Nyatanya, impor membuka peluang para pebisnis kotor untuk merampok uang-uang negara.

Saya tidak sedang menyalahkan para pebisnis dalam perenungan saya. Silakan saja berbisnis selagi tidak merugikan negara. Paling tidak hasil dari bisnis itu bermanfaat bagi kelangsungan hidup pribadi dan orang sekitar. Dapat untungnya plus amal pahalanya.

Atau jangan-jangan pemerintah sedang melakukan setting impor dengan memanfaatkan situasi pandemi. Lah, pandemi ini nyatanya hanya menghilangkan nyawa manusia yang terdiagnosa virus. Bukan menghilangkan sawah dan menunda panen raya para petani.

Akhirnya, saya mengajak anda sekalian untuk sama-sama mengingatkan Pemerintah Pusat, khusunya kepada Pak Jokowi selaku Presiden di Republik ini untuk mengingat dan menunaikan janji-janji kampanye politiknya dalam dua periode yang sedang berjalan ini. Itupun jika anda bersepakat.

Selamat beraktifitas, jangan lupa tetap saling jaga di tengah-tengah situasi pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun