Mohon tunggu...
Kartika Edukasi
Kartika Edukasi Mohon Tunggu... Guru - Media Informasi Pendidikan

Salah Bahagia, Guru Penggerak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kaitan Materi Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

26 November 2020   13:00 Diperbarui: 26 November 2020   14:12 2179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CGP Kota Denpasar

Luh Putu Kartika Dewi, M.Pd

Instansi : SMP PGRI  1 Denpasar

           Menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman, nyaman dan bermakna bagi murid sepertinya sudah menjadi hal yang umum diinginkan semua pihak. Namun, dalam prakteknya, kalimat tersebut bukan kalimat yang mudah untuk diwujudkan karena diperlukan perubahan yang mendasar dan upaya yang konsisten. Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah.

          Sebagai guru, kita memerlukan sebuah visi yang jelas menggambarkan seperti apa layanan dan lingkungan pembelajaran yang perlu kita berikan pada murid kita. Keyakinan kita atas visi itulah yang akan terus membuat kita terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas diri serta menguatkan kolaborasi di lingkungan sekolah sehingga menjadi upaya perbaikan yang berkesinambungan.

         Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat gradual. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, guru penggerak hendaknya terus berlatih mengelola diri sendiri sambil terus berupaya menggerakkan orang lain yang berada di bawah pengaruhnya untuk menjalani proses bersama-sama. Hal ini perlu dilakukan dengan niatan belajar yang tulus demi mewujudkan visi sekolah.

         Seni dalam mendidik ibarat memberi warna dalam kanvas kehidupan siswa setiap siswa tentu memiliki keunikan yang berbeda beda. Dengan memahami kemampuan peserta didik yang berbeda beda, maka akan lebih mudah memfokuskan pada minat yang sesuai dengan potensi siswa, dengan demikian tes potensial sangat penting dilakukan pada awal pembelajaran guna mendeteksi kodrat alam dan kodrat jaman untuk bisa mengetahui potensi potensi positif siswa di masa yang akan datang. budaya sekolah akan terbentuk dari kompetensi pendidik dan visi seorang pendidik.

         Dalam modul materi visi guru penggerak ini kita bisa menggali potensi baik untuk menerapkan visi sekolah yang berbasis pada kekuatan, budaya budaya positif yang telah ada disekolah kemudian dikembangkan menjadi visi sekolah yang berpihak kepada murid, model pendekatan dalam kontek ini adalah Paradigma inkuiri apresiatif, sebuah pendekatan manajmen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan , sebagai salah satu model manajemen perubahan adalah BAGJA.

        Inkuiri Apresiatif (IA). IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble & mcgrath, 2016). Cooperrider menyatakan bahwa pendekatan IA dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas, serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang biasa.

        IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan. Bila organisasi lebih banyak membangun sisi positif yang dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang secara berkelanjutan.

        Seorang pemimpin bertugas menyelaraskan kekuatan yang dimiliki organisasi. Caranya adalah dengan mengupayakan agar kelemahan suatu sistem dalam organisasi menjadi tidak relevan, karena semua aspek dalam organisasi fokus pada penyelarasan kekuatan, dengan satu tujuan yaitu mengatasi kelemahan. Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik yang telah ada di sekolah, mencari cara agar bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, sehingga kelemahan, kekurangan dan ketidak-adaan menjadi tidak relevan. Berpijak dari hal positif tersebut, sekolah kemudian menyelaraskan hal positif atau kekuatan tersebut dengan visi sekolah dan visi setiap individu dalam komunitas sekolah.

         Kodrat itu sudah dibawa oleh anak sejak kecil, ada dua jenis kodrat yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam adalah keunikan anak, bakat dan minat, gaya belajar, kemampuan menyerap pelajaran, kecenderungan anak, kultur anak, keadaan lingkungan anak berinteraksi. Kodrat zaman, adalah selalu maju menyesuaikan dengan kemajuan alam dan zaman (tijd en ruimte) seiring dengan olah budaya manusia. Pendidik hanya dapat menuntun tumbuh kembang anak, mengubah lakunya bukan merubah kodratnya.

        Seperti halnya petani, yang menanam benih padi dan merawat nya dengan perlakuan memberi pupuk, air, dll. Padi tersebut akan tumbuh menjadi padi bukan menjadi tanaman lain. Sama halnya dengan murid, guru menuntun anak, memberikan motivasi, menanamkan nilai budi pekerti, menciptakan lingkungan yang nyaman daan menyenangkan agar murid dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan bakat dan karakter nya masing-masing.

        Inquiry apresiatif sejalan dengan frasa kodrat alam dan kodrat zaman serta poin yang menyatakan bahwa anak anak hidup dan tumbuh seusai dengan kodratnya, bahwasanya sisi positif atau kekuatan yang dimiliki seorang anak sudah dibawa sejak lahir. Seorang anak pasti memiliki sisi positif yang nantinya berkontribusi dengan perkembangan zaman.

        Peran pendidik adalah menggali dan mengidentifikasi kekuatan atau sisi positif yang dimiliki siswa seperti bakat atau karakter yang dimiliki, mencari strategi agar kekuatan tersebut dapat dipertahankan sehingga kelemahan anak menjadi tidak relevan, sehingga mampu mendukung tumbuh kembang anak yang bersifat positif agar sesuai dengan kebutuhan zaman. Kita sebagai pendidik memberikan tauladan, memberikan motivasi dan menciptakan lingkungan yang nyaman berbasis kekeluargaan,  merubah laku si anak bukan merubah kodrat nya. Kita percaya bahwa setiap anak memiliki sisi positif yang dapat berkontribusi pada sebuah keberhasilan. Memanfaatkan paradigm IA untuk mewujudkan frase kodrat alam dan kodrat zaman menerapkannya melalui tahapan dalam BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi), sehingga nantinya dapat mewujudkan merdeka belajar. BAGJA sebagai sebuah pendekatan dalam mengembangkan perilaku organisasi,atau merupakan metode yang mencoba menggunakan cara pengajuan pertanyaan atas kondisi sekarang dan pengalaman terbaik di masa lalu kemudian menerapkan imajinasi itu untuk sekarang dan masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun