Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cinta Tak Serumit Keras Kepalamu

18 Januari 2023   06:53 Diperbarui: 18 Januari 2023   09:28 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada akhirnya, kita telah sampai pada ujung epilog.  Aku sudah melewati banyak garis terlemah hingga titik terlelah untuk dapat mengartikanmu.

Aku memilih kata menyerah dan mundur dari raut keadaan sebagai kalimat terakhir yang dapat terlontar dari bibir ini yang tak piawai dalam hal menyembunyikan. Sebab barangkali, kau benci dengan sebuah pesan basa-basi yang tak lebih dari sampah bagi seluruh anggapanmu.

Kau boleh saja muak, namun satu yang pasti; cinta adalah apa yang disebut dengan rasa saling. Dan kelak kau akan mengerti mengapa Tuhan menciptakan jurang perpisahan ini di tengah bahagia yang masih ingin tetap menyala.

Kita telah sama-sama patah. Aku telah keliru dalam memulai kembali langkah yang sebelumnya sempat terputus. Kisah kita hanya mampu bertahan sejauh ini dan tak mungkin lagi amerta.

Adalah hal yang indah untuk bisa memilikimu. Namun aku seperti lahir sebagai orang lain dan lupa cara menjadi diri sendiri jika kita masih berdiri pada jalan yang sama.

Kau dengan seluruh pradugamu. Aku dengan segala kepasrahanku. Kita memang tak mungkin bisa untuk mengubah karakter seseorang. Tetapi cinta dapat menyatukan keduanya jika mampu saling menerima; dan perpisahan takkan kembali hadir sebagai tamu yang tak diundang.

Aku sudah berupaya membangun arti dari kata "kita" dengan sedewasa mungkin. Namun rasa-rasanya, aku tak pernah terlihat oleh dalamnya sorot matamu. Seperti ada dan tiada--aku tak cukup berarti untuk kau anggap dengan sepenuhnya.

Kesabaran apa lagi yang kau inginkan?
Bahagia mana lagi yang kau angankan?
Cinta tak serumit seperti keras kepalamu.
Pun kasih takkan tumbuh dengan seangkuh itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun