Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Teladan dan Nasihat

19 Oktober 2022   09:55 Diperbarui: 19 Oktober 2022   10:04 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kita pasti mendambakan teadan sekaligus nasihat dari orang-orang sekitar kita demikian sebaliknya kita berusaha untuk memberikan teladan juga nasihat baik kepada anak-anak,anggota keluarga, bawahan dan lain-lain.

Saya sendiri sangat senang ketika berbicara tentang teladan dan nasihat. Ketika berbicara tentang teladan dengan sendirinya saya berjuang untuk melakukan itu demikian halnya dengan nasehat,saya berani menasihati orang apabila hal tersebut merupakan pengalaman hidupku sendiri.

Saya memiliki pengalaman yang sangat menarik terkait du apoin di atas. Saat ini saya berprofesi sebagai guru di SD. Seperti biasanya saya akan selalu menasihati anak-anak dikala mereka melakukan pelanggaran entah itu dalam pembelajaran ataupun dalam kebersamaan dengan teman-temannya. Selain itu saya juga memberikan petunjuk-petunjuk praktis terhadap mereka bagaimana cara menjadi anak yang cerdas, humanis dan inovatif.

Tentu saja nasihat ini tidak berlalu begitu saja dan hanya diberlakukan untuk anak-anak melainkan nasehat ini menjadi dasar yang kuat bagi saya menjadikan diri ini sebagai teladan bagi mereka. Namun tidak serta merta apa yang saya lakukan itu dapat diterima begitu saja oleh anak-anak. Anak-anak zaman sekarang ini adalah anak-anak yang kritis sekaligus teliti. Oleh karena itu saya harus berhati-hati dalam bersikap juga dalam berbicara.

Suatu hari saya harus ijin dari sekolah selama sepekan dikarenakan saya harus mengikuti satu pertemuan penting. Oleh karena itu saya harus meninggalkan tugas saya untuk sementara dan mempercayakan anak-anak kepada ibu guru yang lain. 

Singkat cerita sepekan telah berlalu dan saya kembali ke rutinitas semuala seperti biasanya yaitu mengajar. Hari pertama saya masuk di kelas, anak-anak berlomba untuk bertanya dan mengadu tentang proses belajar mereka selama satu pekan. Dari banyak pertanyaan yang saya dapatkan ada satu pertanyaan yang begitu menyentuh hati saya.

Seorang anak berkata demikian " Suster ,biasanya anak-anak kalau tidak sekolah dipanggil suster kedepan kemudian di nasehati . Selama satu minggu suster tidak masuk kenapa tidak dipanggil ke depan, kenapa tidak di nasehati ? Demikian pertanyaan polos seorang anak di kelas. Awalnya saya bingung untuk menjawabnya. Saya bermenung sejenak akan apa yang hendak saya katakan.

Setelah itu saya mencoba menjelaskan kepada anak-anak bahwa saya mengkuti suatu pertemuan penting dan saya mengingatkan mereka bahwa jauh hari sebelumnya saya sudah pamit kepada mereka. 

Meski demikian, saya tetap minta maaf kepada mereka sebagaimana mereka juga lakukan ketika mengalami hal yang sama.Pengalaman ini adalah contoh kecil dari banyak pengalaman yang terjadi. 

Peristiwa ini mengingatkan saya bahwa teladan jauh lebih penting dari nasehat. Hal ini saya katakan karena menjadi bagian dari pengalaman saya. Teladan yang saya brikan jauh lebih berbicara daripada nasehat yang saya berikan selama ini. Apa yang saya lakukan itulah yang dilakukan anak-anak, tindakan saya menjadi cermin bagi mereka. Sementara nasihat yang saya berikan selama ini hanya sebagai alarm namun kurang terealisasi.

Nah, apa yang hendak saya sampaikan lewat kisah sederhana ini. Barangkali kita sering sibuk menasihati orang lain, menuntut orang lain untuk berbuat lebih sementara kita lupa untuk memberikan contoh yang baik kepada mereka. Kita sering terbentur dengan pengalaman yang demikian. Kita sibuk dengan harapan-harapan kita sementara kita lupa memberi asupan akan harapan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun