Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Genggaman Kecil untuk Ibuku

28 Juni 2022   09:48 Diperbarui: 28 Juni 2022   10:16 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saatku dalam masa-masa sulit, aku selalu teringat akan ibu. Teringat akan segala perjuangannya, jerih payahnya bahkan setiap bait-bait doanya terngiang dikepalaku. Semuanya itu menjadi semangat yang baru bagiku untuk tetap berjuang tanpa ada kaa menyerah. Ketika aku terjatuh bahkan terpuruk sekalipun aku teringat akan tiap tetes keringat yang membasahi tubuhnya. Yah, ibu sudah memulai perjuangan itu dan memperlihatkannya kepadaku bahwasanya hidup ini adalah kesempatan untuk belajar terus menerus.

Bagiku tempat paling nyaman untuk lari dan memeluk adalah ibu. Tangan ibu akan selalu terbuka menerima diriku apa adanya, jemarinya yang lembut akan menyeka air mataku dan kulitnya yang kasar akan memeluk tubuhku. Yah, ini sudah menjadi kebasaanku sejak kecil, Berlari, melompat-lompat, lalu kembali lagi ke pangkuan ibu. Bergelayutan pada punggung dan lehernya, Semaunya... Menarik narik bajunya, Masuk ke dalam bajunya ,Merengek-rengek gak jelas, Mencium aroma tubuhnya, bahkan menyeruput teh rosella dari gelasnya . Apa saja kulakukan, yang penting aku senang.... dan ibu tidak akan pernah marah...

Entah kenapa saat ini aku teringat akan semua kisah itu, aku ingin sekali untuk mengulanginya. Tapi jarak antar aku dan ibu sudah jauh dan tidak memungkinkan untuk mengulangi kisah yang sama. Dan saat ini aku baru sadar bahwa itu hal sangat berharga... Padahal itu hanya sesuatu yang sangat sederhana, tapi sangat menyenangkan...

Pantas kalau ibuku bersedih ketika aku dewasa saya mulai melawan, menantang, bahkan terkadang berkata kasar. Anak yang dulu begitu lucu dengan kaki mungilnya dan suara imut sekarang berubah menjadi seseorang yang penentang dan suka melawan...wah begitu menyakitkan ya. Hati ibu terlalu luas untuk diselami, gudang kesabarannya selalu full dan kata maaf tiada henti darinya.

Ibu saat ini aku sadar, bahwa saya selalu berusaha untuk melakukan amanatmu dan selalu ingat akan segala kebaikanmu. Aku tak ingin rintik hujan turun dari netramu hanya karena ketidak sanggupanku untuk berjuang dan berdiri diatas kaki sendiri. Saat ini aku memang lelah namun aku tak akan pernah menyerah. Ragaku boleh lelah tapi semangatku akan selalu membara. Terkadang tubuh ini meminta untuk beristirahat melalui aneka peristiwa. Ibu ingatlah, aku berjanji padamu, suatu hari aku akan datang kepadamu dengan segala perjuanganku sebagai bukti nyata dari setiap doamu. Doamu padaku bagaikan kuntum-kuntum mawar yang mewangi sepanjang masa. Kuntum itu tetap segar dan menjadi aroma yang segar disekitarku.

Doa ibu bagaikan hujan disaat kering. bagaian air disaat dahaga. Ibu dengan apa kumembalas segala kebaikanmu ? Materi saja tak cukup membayar doamu. Akh sudahlah...saa ini sudah kumantapkan niatku biarkan aku yang menggenggam tanganmu, sebagaimana engkau menggenggam tanganku sedari aku kecil. Meski genggaman ini kecil semoga ibu mampu merasakan hangatnya. Meski pelukku tak sehangat pelukan Ibu tapi biarkan aku memeluk tubuhmu yang mulai ringkih.

Ini saat yang tepat bagiku untuk membawa kuntum-kuntum segar bagimu. Setiap hari kulangitkan doaku padaMu,dan akupun tidak tahu doa mana yang terlebih dahulu dijawab oleh SangPemberi Hidup. Yang jelas aku melihat dan menyaksikan ibu tetap sehat dan senyum sumringah. Itulah yang kurindukan saat ini. Suaramu masih terdengar jelas olehku walapun via telepon. Kuharap hari-harimu baik selalu.

Mother...i love you..

Semoga kita selalu membahagiakan dan mendoakan ibu kita dan orang orang yang kita cintai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun