Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Kata Maaf Harus Ringan di Lidah Kita

18 Januari 2022   14:10 Diperbarui: 21 Januari 2022   14:15 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi meminta maaf. (sumber: pixabay.com/alexas_fotos)

Setiap kita pasti pernah melakukan kesalahan dan setiap kita pasti mendambakan kata maaf ketika kita dikecewakan atau disakiti. Adalah hal yang menyenangkan apabila dai kedua belah pihak terbuka untuk menyampaikan kata maaf. 

Tidak ada yang salah dengan kata maaf hanya terkadang terasa berat untuk mengungkapkannya. Karna realita berkata lain yakni ketika kita berani memberi kata maaf kita terkesan menjadi pecundang atau lebih memilih untuk mengalah. 

Namun bukanlah demikian adanya. Hal itu adalah persepsi yang salah.

Beberapa waktu yang lalu, saya bersama semua anggota keluarga sepakat untuk libur nataru dikampung halaman. 

Sekitar dua pekan kami bersama-sama untuk menyongsong bahkan melewati beberapa hari ditahun 2022. Satu hal yang menarik dari seluruh rangkaian kegiatan serta pertemuan itu adalah acara maaf-maaf-an pada malam tahun baru. 

Tepat pada pukul 24.00 wib lonceng gereja berbunyi dan pada saat itu juga kami sejenak berkumpul untuk berdoa bersama. Setelah selesai doa bersama dilanjutkan dengan acara keluarga mulai dari potong kue, saling memberi salam, saling memberi support. 

Nah, dalam acara keluarga tersebut masing-masing dari kami mengungkapkan pengalaman sepanjang tahun, harapan serta permohonan maaf kepada orang tua dan sanak saudari, anak-anak dan lain sebagainya. 

Hampir setiap anggota keluarga menyebut kata yang sama yakni " Mohon maaf atas...." Saya hanya senyam-senyum mendengar perkataan itu sembari menunggu giliran untuk berbicara. 

Akan tetapi sebelum giliran saya untuk berbicara, Ibu saya sudah terlebih dahulu menasehati kami. Dalam nasehatnya ibu menambahkan kata yang berbunyi "Nak, kata maaf harus ringan dilidah kita walaupun bukan kita yang sepenuhnya salah ". 

Hmmm, benar juga kata Ibu. Barangkali kata-kata ini yang menginspirasi mereka sehingga semuanya melantunkan nada permohonan maaf. Hehehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun