Mungkin contoh itu terlalu besar,dalam ruang lingkup kecil kita bisa melihat keluarga kita. Tak jarang dari kita yang membangun rumah tidak menyisakan sedikit daerah kosong sebagai daerah resapan air.Â
Kita asyik membentengi rumah kita dengan pagar mewah,garasi yang besar danlain sebagainya. Atau mungkin kita tidak lagi menggunakan cara-cara yang lama berkat kecanggihan teknologi. Kita tidak sanggup lagi hidup tanpa AC, kita tidak sanggup lagi bekerja secara manual dan harus digantikan oleh mesin-mesin.Â
Cara-cara yang demikianlah hendaknya kita perbaharui. Lagi-lagi saya berbagi tentang pengalaman saya. Ditempat saya segala sesuatu bisa dikatakan tersedia. Tapi sikap orang tua membuat saya malu pada diriku.Â
Saya cenderung mencuci pakaian dengan menggunakan mesin cuci,sementara orang tua suka mencuci pakaian dengan tangan. Kadang saya malu,kok saya yang masih energik kalah dengan cara orang tua ? Sejak itu saya jarang menggunakan mesin,tidur tanpa AC,dan lain-lain. Melakukan hal-hal praktis secara manual masih sangat mungkin dan itu membantu prgerakan otot-otot saya.
Ketiga langkah inilah yang menjadi refleksi secara terus menerus bagi saya dan menjadi langkah bagi saya untuk mewujudkan lingkungan dan hidup yang lebih sehat.Â
Menjadikan alam sebagai sahabat itu sangat mudah asal kita mau berbela rasa terhadapnya. Jangan terlalu egois dan merasa bahwa alam telah ditugaskan menyediakan segala sesuatunya bagi kita.
Kalau alam kita tidak lestari bagaimana mungkin kita dapat mengonsumsi makanan yang sehat dan segar. Jadi,mari kita mencintai alam semesta,peduli terhadap lingkungan,merawat bumi yang menjadi rumah kita dengan melakukan pertobatan.Â
Pace e bene..
semoga bermanfaat