Mohon tunggu...
Tika Karisma
Tika Karisma Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi Universitas Airlangga

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

plastik biodegradable dan edible film dari nasi dan tepung tapioka untuk masa depan, efektifkah?

1 Juni 2023   21:23 Diperbarui: 1 Juni 2023   21:32 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Sampah plastik masih menjadi masalah bagi Indonesia pada setiap tahunnya. Baik dari skala rumah tangga hingga industri, setiap hari dihasilkan banyak sekali limbah dari bahan plastik. Saat ini, sekitar 50% plastik yang beredar di pasaran digunakan hanya untuk satu kali pemakaian (Kumoro dan Purbasari. 2014).  Hal ini sering kita jumpai pada kemasan makanan ringan, bumbu dapur, hingga barang-barang baru yang dibungkus menggunakan plastik. Umumnya, plastik-plastik yang telah tidak digunakan ini hanya dibuang begitu saja tanpa adanya proses daur ulang secara mandiri. Hal ini membuat adanya sampah plastik yang kian menumpuk di tempat pembuangan akhir. Bahkan, posisi Indonesia pada nomor dua teratas setelah China sebagai pembuang sampah plastik tertinggi sebanyak 8,96 ton per tahunnya. (Meyra dan Amelia. 2020)

Apabila dalam setiap harinya dihasilkan sampah plastik yang begitu banyak dan tidak diimbangi dengan pengurangan jumlah kuantitasnya dengan melakukan daur ulang, maka akan terjadi ketidakseimbangan yang dapat mengakibatkan masalah yang cukup serius seperti pencemaran lingkungan yang berdampak pada kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Upaya daur ulang plastik benar dapat mengurangi adanya potensi penumpukan sampah, namun perlu juga adanya solusi alternatif jangka panjang sebagai wujud perubahan berkelanjutan yang nantinya dapat dimanfaatkan, sehingga penggunaan sampah plastik dapat diminimalisir pada angka sekecil mungkin. Alternatif tersebut dapat merujuk pada bahan mirip plastik yang memiliki fungsi yang sama namun dibuat dari bahan berbeda yang dapat lebih cepat terurai oleh alam. Upaya inovasi sebagai alternatif bahan ramah lingkungan sebagai pengganti plastik juga dapat bertujuan untuk mengurangi resiko terjadinya penumpukan sampah plastik akibat lamanya penguraian sampah, makin menipisnya lahan pembuangan sampah yang bisa berdampak bagi tercemarnya lingkungan pembuatan.

Salah satu bahan makanan yang sering dijumpai oleh masyarakat Indonesia adalah nasi. Nasi menjadi salah satu makanan pokok yang setiap harinya dikonsumsi. Dalam proses pemasakan nasi, terkadang ada sisa-sisa kerak nasi yang terbuang. Bukan hanya itu, terkadang nasi sisa kemarin yang sudah mengeras pun seringkali terbuang sia-sia. Siapa sangka bahwa sisa-sisa nasi tersebut dapat dijadikan bahan untuk mengatasi permasalah sampah plastik yang terjadi di masa depan dengan cara pemanfaatan bahan tersebut untuk menggantikan plastik dengan mengolahnya menjadi plastik. Nasi merupakan salah satu bahan yang mengandung pati. Adapun pati merupakan bahan baku yang paling menjanjikan dalam pembuatan plastik pada masa yang akan datang karena selalu tersedia dalam jumlah besar dan memiliki harganya murah. Plastik yang terbuat dari pati bersifat isotropik, tidak berbau, tidak berasa, tidak beracun dan biodegradable (Flores dkk., 2007).

Proses pembuatan plastik ini dimulai dari pencampuran bahan-bahan seperti nasi yang kemudian dikeringkan di bawah terik matahari dan juga tepung tapioka dengan perbandingan 30:70. Selanjutnya bahan-bahan digiling menggunakan mesin sehingga didapatkan ukuran butir nasi sekitar kurang lebih rata-rata ±300µm sehingga selanjutnya dapat dapat dilarutkan dengan air dan dipanaskan sambil diberikan gliserol sesuai dengan kebutuhan. Adonan yang telah jadi dapat dicetak lalu didinginkan sehingga mendapatkan hasil dengan ketebalan tertentu. Proses pembuatan plastik ini dapat dikatakan tidak terlalu sulit dan bisa dilakukan dalam skala kecil. Namun, dalam salah satu artikel yang menguji akan daya tahan dari plastik yang terbuat dari bahan pati nasi dan juga tepung tapioka menyatakan bahwa plastik biodegradable yang dibuat dari komposit tepung nasi aking dan tepung tapioka kurang tahan terhadap beban mekanik, tetapi cukup lentur sebagai akibat dari penambahan gliserol sebagai plasticizer. Pembuatan plastik dari bahan organik ini tentunya perlu dilakukan banyak eksplorasi dan uji coba lebih lanjut yang diharapkan nantinya dapat menjadi solusi alternatif dalam mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia. Bahkan, apabila memungkinkan plastik biodegradable ini dapat dijadikan pengganti plastik di masa depan. 

DAFTAR PUSTAKA

Flores, S., Famá, L., Rojas, A. M., Goyanes, S., & Gerschenson, L. (2007). Physical Properties of Tapioca-Starch Edible Films: Influence of Filmmaking and Potassium Sorbate. Food Research International, 40, 257-265.

Kumoro, A. C., & Purbasari, A. (2014). Sifat mekanik dan morfologi plastik biodegradable dari limbah tepung nasi aking dan tepung tapioka menggunakan gliserol sebagai plasticizer. Teknik, 35(1), 8-16.

Meyrena, S. D., & Amelia, R. (2020). Analisis Pendayagunaan Limbah Plastik Menjadi Ecopaving Sebagai Upaya Pengurangan Sampah. Indonesian Journal of Conservation, 9(2), 96-100.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun