Mohon tunggu...
Tigor Robert
Tigor Robert Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hanya Sebagian Kecil

Suka Coffee Lemon Mocktail

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Percaya Tidak Percaya

10 Oktober 2021   08:57 Diperbarui: 10 Oktober 2021   09:01 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam hidup, suka tidak suka, kita kadang harus mempercayai seseorang atau sesuatu. seperti halnya belajar bersepeda, kita harus percaya dengan kemampuan, bahwa kita mampu menguasai sepeda tersebut. begitu juga kalau kita melewati jembatan, kita percaya pada kawat bentangan yang menahannya. menggunakan kereta api juga, kita harus percaya kepada masinis, bukan? tetapi, seringkali orang atau sesuatu yang bisa mengkhianati atau menipu juga senantiasa datang dari mereka yang kita percaya.

Kepercayaan itu Mahal

Contoh, jika kita terkena kasus hukum, siapa yang bisa kita percaya dalam menghadapi seluk-beluk perkara dari pengadilan? tentunya seorang pengacara. apalagi jika kamu merupakan penguasa yang mempunyai kuasa, sanggup mengeluarkan banyak uang untuk pengacara berbuat apa pun yang penting meringankan hukuman atau membebaskan kamu dari jerat hukum. 

Kita tahu kan bahwa kepercayaan itu mahal harganya? Ketika seseorang sudah mempercayaimu, kepercayaan itu jangan sampai kita sia-siakan. Sebab jika kamu sudah menjadi orang yang ia percayai, itu tandanya ia percaya terhadapmu dan ia yakin bahwa kita adalah orang yang tepat untuk memegang amanah. Tak mudah bagi seseorang untuk menaruh percaya terhadap orang lain. Itulah sebabnya jika kita memang sudah diberi amanah, jangan sampai amanah tersebut kita sia-siakan.

Kapok

Seperti membeli barang elektronik dengan harga murah, kita percaya bahwa barang tersebut memberi harapan agar umurnya agak panjang. tetapi setelah mencoba satu minggu, rusak. Kapok? seharusnya begitu. tapi dalam hidup ini, seringkali itu tak terjadi. sering kali kita justru berada dalam situasi di mana untuk kapok pun sulit.

Saat demo, saya melihat pemimpin-pemimpin mahasiswa berorasi di depan rumah rakyat itu. sebagai penyambung lidah rakyat, maka pantas rakyat percaya untuk menaruh harapan kepada mahasiswa tersebut. saya percaya, indonesia cerah di masa depan, di tangan-tangan mereka.

Dua puluh tahun berlalu, ya terpaksa gigit jari dan mengelus dada. mahasiswa dengan badan yang kurus dengan semangat api yang membara, sekarang berada di lingkar kekuasaan, dengan lingkar perut yang melebar. tak lagi cerewet dengan harapan masyarakat dan kawan-kawanya yang terluka,meninggal dan hilang pada saat itu.

Kapok? inilah anehnya, setiap melihat mahasiswa bergerak memperotes kebijakan pemerintah yang ngawur, saya kembali menaruh harapan. berpikir negara ini untuk dua puluh ke depan akan cerah di tangan mereka. meskipun tau pada akhirnya mungkin akan kena kibul lagi gara-gara kepercayaan itu.

 Percaya Atau Tidak Percaya

Seperti halnya melapor tentang kehilangan atau kemalingan. pasti kamu akan melapor ke bagian layanan aduan. kenapa kamu percaya? tentu kamu berpikir bahwa melapor ke layanan tersebut aduan kamu akan segera diproses. benarkah? tidak. ternyata laporan kamu akan ditumpuk dengan laporan lainnya yang tidak tau kapan akan diproses. terkecuali, kamu adalah seorang publik figur dan memiliki kuasa sehingga memungkinkan laporan kamu akan segera diproses. Kenapa? karena kamu memiliki kuasa. beda dengan kamu yang hanya hidup pas-pasan sedang mengalami kemalingan ingin melapor ke aparat tersebut harus berpikir dua kali, karena harus mengeluarkan uang yang cukup banyak agar laporan kamu cepat diproses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun