Mohon tunggu...
Tigaris Alifandi
Tigaris Alifandi Mohon Tunggu... Teknisi - Karyawan BUMN

Kuli penikmat ketenangan. Membaca dan menulis ditengah padatnya pekerjaan | Blog : https://tigarisme.com/ | Surel : tigarboker@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Geopolitik Ibu Kota

2 Mei 2019   19:20 Diperbarui: 3 Mei 2019   08:42 1528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi geopolitik eurasia | katehon.com

Bung Karno bukan hanya seorang insinyur biasa. Beliau juga seorang ahli geopolitik terkemuka. Wawasannya yang luas turut membantu pandangannya mewujudkan ketahanan nasional.

Putra sang fajar begitu tersentak melihat Vietnam berhasil mengusir Perancis dan Amerika Serikat dalam serangkaian konflik pasca Perang Dunia ke 2. Jenderal Vo Nguyen Giap, mengatakan bahwa bukan karena senjata, Vietnam bisa menang perang. Senjata jelas kalah, lebih modern negara barat.

Tapi karena sadar geopolitik lah, Vietnam bisa menang. Hal tersebut sungguh menginspirasi Bung Karno hingga didirikanlah sebuah lembaga negara yang menjadi pusat pemikiran geopolitik, sekarang kita kenal sebagai Lemhanas.

Pentingnya geopolitik dan geostrategi juga telah dipertontonkan oleh Pangeran Diponegoro. Dalam berjuang menentang penindasan kompeni, beliau menggunakan siasat gerilya. Sadar kalah perihal persenjataan, namun lebih paham kondisi geografis sekitar.

Pangeran Diponegoro berpindah-pindah markas. Memanfatkan kontur alam yang "asing bagi orang asing" tentunya. Mereka boleh punya senjata bagus tapi mereka tak paham medan perang, sama saja bunuh diri. Berbekal wawasan geopolitik itulah Pangeran Diponegoro mampu mengacaukan barisan tentara Belanda.

Perlawanan Pangeran Diponegoro tercatat sebagai salah satu perlawanan yang menguras banyak tenaga, uang dan waktu. Entah saya lupa berapa juta gulden, berapa prajurit kompeni yang tewas, hingga berapa lama perlawanan bisa ditumpas sepenuhnya.

Belanda hanya bisa menumpas perlawanan Pangeran Diponegoro dengan menangkap pemimpinnya. Otak sekaligus pakar peperangannya. Dijebaklah dengan dalih mengajak berkompromi. Karena Belanda sadar, yang ada hanya rugi banyak jika menumpas perlawanan Diponegoro dengan perang.

Apalagi dewasa ini, di mana sentral geopolitik boleh dikatakan sedang beranjak perlahan. Dari Timur Tengah, yang kaya minyak itu, menuju Asia Pasifik. Tempat dimana monster dan calon monster berdampingan.

Dua kekuatan ekonomi paling berpengaruh ada di Asia Pasifik, Tiongkok dan AS. Perlu geostrategi matang dalam menentukan pijakan, salah-salah bisa fatal akibatnya.

Mungkin karena faktor geopolitik pula Bung Karno hendak memindahkan ibu kota negara, dari Jakarta ke Palangkaraya dulu.

Ada banyak alasan yang mendasari. Utamanya karena letak Palangkaraya yang tepat di tengah kepulauan Indonesia yang begitu besar ini. Kotanya juga luas. Plus terhindar dari gugusan ring of fire. Tak baik jika ibu kota baru kelak masih termasuk daerah rawan bencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun