Mohon tunggu...
Tigaris Alifandi
Tigaris Alifandi Mohon Tunggu... Teknisi - Karyawan BUMN

Kuli penikmat ketenangan. Membaca dan menulis ditengah padatnya pekerjaan | Blog : https://tigarisme.com/ | Surel : tigarboker@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Skandal "Spygate" Sang Filsuf

21 Januari 2019   21:34 Diperbarui: 21 Januari 2019   21:47 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tidak berbicara tentang Plato atau Aristoteles. Karena saya menulis ini di rubrik olahraga. Ini tentang seorang yang jenius sekaligus gila. Salah satu filsuf besar dan guru besar sepakbola. Dari Amerika Latin. Tepatnya Argentina.

Ceritanya bermula saat dua orang tertangkap Kepolisian Derbyshire. Membawa teropong untuk mengintip latihan Derby County. Tim asuhan Frank Lampard, yang konon disebut sebagai sosok jenius juga yang memiliki kecerdasan visual-spasial luar biasa. Membuatnya menjadi salah satu gelandang terbaik, di dunia.

Tidak ada tindakan pelanggaran hukum sehingga keduanya dibebaskan. Dan disinilah kisah sang filsuf dimulai. Entah ini aib, atau penegasan atas kejeniusannya.

Sekitar 4 hari yang lalu mungkin. Marcelo Bielsa, sang filsuf itu, melakukan konferensi pers. Bukan untuk mengundurkan diri dari kursi pelatih Leeds United seperti bayangan wartawan, namun menjelaskan secara detail, bak profesor yang sedang memberi kuliah.

Dia membeberkan alasannya atas spionase yang ia lakukan terhadap calon lawannya, Derby County asuhan Lampard. Yang dia rasa itu tidak salah, sebab sudah sejak lama dilakukan dimanapun dirinya melatih.

Tak hanya alasan, juga ilmu dari seorang jenius sepakbola yang berharga, selama 70 menit. Sebuah demonstrasi analisis taktik menggunakan data yang begitu detail. Belum tentu anda dapatkan ilmu itu, meskipun di Universitas Coverciano, sekolah terbaik bagi pelatih Italia.

Bielsa memang gila. Julukannya El Loco. Si Gila, sama seperti Cristian Gonzales. Bukan hanya karena kegilaannya terhadap filosofi yang ia yakini. Satu hal yang perlu anda ingat. Di tahun 1992, ketika Bielsa yang membawa granat membuat segerombolan pendukung Newell's Old Boy lali terbirit-birit. Padahal, sedang melancarkan demonstrasi kudeta terhadapnya.

Lalu, menunjuk Salim Lamrani sebagai interpreter alias penerjemah. Seorang profesor sejarah di Paris Sorbonne University. Yang mahir dalam banyak bahasa. Karena Bielsa memang perfeksionis. Meskipun tidak mahir berbahasa Inggris, namun ia ingin retorika yang disampaikan bisa tepat sampai kepada pemain. Dan Salim bisa melakukannya dengan baik.

Bielsa memang gila. Pada filosofi yang ia yakini betul. Verticalidad. Dimana pemain dituntut kreatif dan cepat mengirim umpan pada tiga opsi ke depan. Selama mungkin menguasai bola, sekaligus melakukan pressing sangat tinggi. Membuat klub yang dilatih seringkali kehabisan bensin di tengah kompetisi.

Pendekatan yang dia lakukan juga terkadang nyeleneh. Seperti skema 3-3-1-3 ketika menukangi Marseille. Atau bermain tanpa formasi yang jelas. Karena baginya, man to man marking sangat penting. Formasi dia rasa bisa menghambat itu.

Prestasinya tidak terlalu mentereng. Emas Olimpiade bersama Argentina, dan gelar domestik bersama Newell's Old Boy. Jauh ketimbang filsuf macam Johan Cruyff. 

Namun, jasanya terhadap sepakbola modern begitu kentara. Terbukti dengan banyak muridnya yang menjadi deretan pelatih elit. Mauricio Pochettino, Diego Simeone, Jorge Sampaoli, Gerardo Tata Martino hingga Pep Guardiola yang mengaku terinspirasi oleh Bielsa. Alumni Universitas Verticalidad mengguncang daratan Eropa.

Bagaimanapun, sang filsuf, Marcelo Bielsa, menghadapi masalah etika. Bukan tentang benar dan salah, tapi baik dan buruk. Dimana itu hanyalah sebuah sudut pandang. Sama seperti yang dihadapi Edy Rahmayadi. Mengemban jabatan Ketua PSSI sekaligus Gubernur Sumatera Utara.

Tidak ada aturan yang melarang, namun ini masalah etika. Dan Edy memilih mundur. Digantikan Joko Driyono, mahasiswa tingkat akhir dalam Universitas PSSI. Sangat senior. Sudahlah, jangan membahas itu lagi.

Frank Lampard juga mengatakan. Tak ada aturan yang dilanggar. Namun, ini masalah sportifitas katanya. Mungkin budaya di Inggris begitu menghargai privasi latihan tertutup sebuah tim sehingga spionase dianggap sebagai hal yang tabu.

Agak gila memang, yang dilakukan Bielsa. Mengirim intelijen terpercaya ke kandang musuh. El Loco beralasan, video pertandingan Derby County selama semusim tak cukup untuk menjelaskan gaya bermain tim yang akan ia hadapi. Siasat untuk menang tentu berbeda tiap-tiap pertandingan.

Dan jangan anggap lagi ini masalah etika. Ketika FA juga ikut menyelidiki kasus Spygate ini. Disebut spygate, spionase plus gate. Mengapa plus gate? Karena ini skandal. Macam Buloggate dan Bruneigate, yang kebenarannya tidak pernah terbukti hingga sekarang. Bisa jadi spygate senasib dengan Buloggate.

Marcelo Bielsa. Seorang jenius yang sedang berjuang membawa Leeds United, tim besar penuh sejarah, kembali ke tempat yang pantas. Premier League. Dengan verticalidad. Dengan kegilaannya. Dengan segala perfeksionisme dan integritas yang ia bawa. Bagi saya, ini bukan aib. Tapi bukti sahih. Bahwa Marcelo Bielsa adalah salah seorang filsuf besar sepakbola.

Sumber :
https://www.fourfourtwo.com/id/features/aksi-mata-mata-dan-kegilaan-lain-marcelo-bielsa
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/jalan-hidup-si-gila-marcelo-bielsa-cTdF
https://www.google.com/amp/s/amp.theguardian.com/football/2019/jan/17/marceo-bielsa-spygate-powerpoint-leeds-united

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun