Mohon tunggu...
Tigaris Alifandi
Tigaris Alifandi Mohon Tunggu... Teknisi - Karyawan BUMN

Kuli penikmat ketenangan. Membaca dan menulis ditengah padatnya pekerjaan | Blog : https://tigarisme.com/ | Surel : tigarboker@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

"Dildo", Solusi Kejenuhan Politik Indonesia

6 Januari 2019   21:59 Diperbarui: 8 Januari 2019   15:41 1671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
facebook.com/DildoforIndonesia

Nurhadi-Aldo, disingkat Dildo, capres-cawapres fiktif yang tengah viral di kalangan warganet. Seolah bertarung sungguhan melawan dua kandidat resmi. Dildo memiliki akun media sosial yang dikelola oleh tim khusus dengan gambar kampanye menarik. Menyinggung isu poligami dan LGBT, membuat singkatan nyeleneh bahkan vulgar--juga satire--terhadap situasi politik terkini di tanah air. Tak hayal, kehadiran Dildo di tengah panasnya kontestasi politik nasional bak oase yang dinanti banyak orang, terutama warganet kalangan milenial.

Pengikut akun Instagram Nurhadi-Aldo bahkan telah melampaui pengikut akun Instagram banyak partai politik, termasuk pemenang pemilu 2014 lalu PDIP. Sudah 217 ribu orang mengikuti akun Instagram Nurhadi Aldo tersebut. Padahal, Instagram adalah tempat favorit milenial dan Generasi Z berselancar di dunia maya.

ini bisa menjadi catatan penting bagi sebuah partai politik untuk menggaet suara dari pemilih pemula dan swing voters yang didominasi oleh kawula muda. Sehingga miris jika melihat akun Dildo ini memiliki pengikut yang lebih banyak, bahkan kemungkinan besar masih bertambah dan bisa saja menyalip Partai Gerindra yang pengikut akun Instagramnya 366 ribu.

olahan gambar dari berbagai sumber
olahan gambar dari berbagai sumber
Penelusuran tentang Nurhadi-Aldo meningkat selama seminggu terakhir. Hasilnya, tak terpaut jauh dengan penelusuran tentang Jokowi dan Prabowo.

Bahkan, Dildo menduduki peringkat keempat dalam penelusuran terpopuler Google pada hari Jumat, 4 Januari 2019 seperti dilansir dari Google Trends.

tangkapan gambar pribadi
tangkapan gambar pribadi
Orang bertanya-tanya, siapa itu Nurhadi dan Aldo. Sampai tulisan ini dibuat, sosok Aldo masih belum diketahui oleh Nurhadi, capres fiktif yang tersohor itu.

Sementara Nurhadi adalah warga Desa Golantepus, Kudus Jawa Tengah. Profesinya tukang pijat dan penjual jamu tradisional.

Lalu, bagaimana seorang tukang pijat bisa mendobrak panasnya dunia politik nasional??

Berawal dari kebiasaan Nurhadi untuk memposting hal-hal lucu, kata-kata bijak hingga promosi jasa pijatnya pada halaman Facebook yang dibuatnya.

Desember 2018 ada seseorang asal Sleman yang mengubungi dirinya dan memintanya untuk mengirim foto agar lebih terkenal. Dibuatkanlah gambar dirinya disandingkan dengan Aldo yang tidak ia ketahui siapa orangnya itu. Sebuah poster meme politik.

Si pembuatnya pun mengatakan untuk lucu-lucuan saja, di tengah kondisi politik yang panas. Dan Nurhadi pun tidak masalah dengan hal itu.

Memaknai Kehadiran Dildo Dalam Suhu Panas Politik

Kehadiran Nurhadi Aldo disambut hangat oleh warganet, terutama kawula muda yang mendominasi interaksi di kolom komentar akun media sosial Dildo. Dibandingkan "lapangan gladiator" di akun media sosial yang berkaitan dengan politik, di mana pertarungan cebong dan kampret begitu vulgar dan panas. Setiap jargon dan visi misi yang disampaikan Dildo justru memancing persatuan warganet menuju kelucuan yang hakiki.

Tapi mengapa kita gembira akan jokes receh dari paslon nomor 10 tersebut?

Bisa jadi karena tingkat kejenuhan dan kebosanan kita akan kontestasi politik yang cenderung stagnan sejak pemilu 2014 lalu.

Pasar bebas politik selepas berakhirnya masa jabatan SBY melahirkan duopoli sosok politik yang bisa bertarung memperebutkan kursi presiden.

Bahkan duopoli tersebut tetap bertahan hingga pemilu selanjutnya, dikarenakan popularitas, elektabilitas dan proses politik yang tidak akomodatif terhadap munculnya sosok besar penantang baru. Mengingat polarisasi hebat ini adalah yang pertama setelah presiden dipilih secara langsung pada tahun 2004 ditambah kejenuhan masyarakat akan polarisasi politik ini memuncak. Dan akumulasinya adalah viralnya paslon fiktif Dildo ini.

Seperti yang dikatakan oleh mantan Komisioner KPU Sigit Pamungkas, bahwa fenomena viralnya Nurhadi-Aldo adalah satire yang muncul dalam situasi kejenuhan dan aspirasi yang tidak lagi didengar. (Kompas TV 6 Januari 2019).

Tak dapat dipungkiri memang, Dildo merupakan akumulasi kejenuhan politik yang melanda masyarakat.

Mayoritas masyarakat Indonesia berperan sebagai penonton (onlookers) dalam konteks partisipasi politik. Di mana dalam piramida partisipasi politik oleh David F. Roth dan Frank L. Wilson menempatkan penonton atau onlookers di atas kategori apolitik, yaitu tidak memiliki pandangan politik dan apatis terhadap politik.

Jangan sampai kegaduhan dan panasnya suhu politik tanah air menyebabkan degradasi partisipasi politik dan pengurangan onlookers yang meningkatkan apoliticals.

Mengingat angka voter turn out pada pileg 2014 lalu yang sebesar 75% justru menurun pada pilpres yang berlangsung sesudah pileg, yaitu sebesar 70%. Apalagi, karakteristik pertarungan politik saat itu yang dihiasi dengan isu SARA serta saling sindir antar pihak, yang berlangsung hingga sekarang, dinilai dapat menurunkan antusiasme masyarakat pada politik. Seperti yang diungkap Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraeni pada kompas.com (14 November 2018).

Masyarakat, utamanya swing voters dan pemilih pemula lebih membutuhkan adu program setiap paslon ketimbang membesarkan isu yang tidak substansial macam sontoloyo dan Jaenudin Naciro.

Satu hal lagi yang perlu kita maknai tentang kehadiran Dildo, dimana mereka menyinggung isu yang cukup sensitif. Seperti LGBT dan poligami. Disajikan secara lucu dan menarik. Juga setiap jargon dan singkatan yang mereka munculkan berbau vulgar tapi tetap ditanggapi positif oleh warganet.

Ini menandakan bahwa masyarakat sekarang butuh sekali humor (meskipun itu lawakan politik yang receh) di tengah beban hidup yang berat, dimana tingkat stres meningkat.

Ngakak Bersama Dildo, Calon Alternatif Idaman

Dildo menarik perhatian kita ke dalam politik panas yang sesungguhnya membosankan. Coba saja Anda berselancar di akun Instagram Nurhadi-Aldo, terutama di kolom komentarnya. Di sana bermunculan para warganet kita yang sebenarnya punya selera humor yang beragam.

Saykoji diangkat menjadi menteri penerangan jika Dildo "terpilih" nantinya. Perlu diketahui bahwa Saykoji menciptakan mars kebanggaan relawan pemenangan Dildo, yang tersebar tidak hanya di seluruh Indonesia, namun juga di seluruh dunia. Ada Relawan Dildo Tokyo, Relawan Dildo Korsel, dan lainnya. Luar biasa bukan?

tangkapan gambar pribadi
tangkapan gambar pribadi
Ada juga usulan untuk membentuk kementerian baku hantam yang diharapkan dipimpin oleh Jerinx SID.

Usulan ini muncul di kolom komentar. Luar biasa sekali, banyak aspirasi dan humor yang tersampaikan setelah beberapa tahun terakhir urat syaraf selalu tegang dan perasaan terlalu sensitif.

tangkapan gambar pribadi
tangkapan gambar pribadi
Banyak yang ingin saya tuliskan, namun biar Anda saja yang langsung melihat kegembiraan yang muncul di akun Instagram Dildo. Saya sendiri se-McQueenYaQueen akan pilihan saya, sebagai relawan Koalisi Indonesia Tronjal-Tronjol Maha Asyik.

Selamat bergembira, salam damai Pilpres 2019.

Sumber :
kompas.com
kompas.tv
mojok.co
alinea.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun