Mohon tunggu...
Tigaris Alifandi
Tigaris Alifandi Mohon Tunggu... Teknisi - Karyawan BUMN

Kuli penikmat ketenangan. Membaca dan menulis ditengah padatnya pekerjaan | Blog : https://tigarisme.com/ | Surel : tigarboker@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola

La Remontada ala AS Roma

11 April 2018   18:24 Diperbarui: 11 April 2018   18:41 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Datang ke Olimpico dengan status unbeaten di Liga domestik, sedangkan Roma baru saja kalah dari Fiorentina di kandang. Semua orang pasti mengatakan bahwa Barca pasti lolos nih, menang 4-1 di leg pertama,Roma angin-anginan,dan seakan satu kaki penggawa Blaugrana sudah di Semifinal yang dalam dua musim terakhir gagal mereka tapaki. Bahkan,para fans Barca musim ini memang pantas jemawa sebab besar kemungkinan besar tim idola mereka meraih treble Winners,sebab di Liga domestik penampilan mereka konsisten dan Final Piala Raja pun sudah ditapaki. 

Tapi, ketika saya melihat Roma bermain di leg pertama,mereka punya potensi besar menggagalkan potensi treble Azulgrana musim ini. Dan itu terbukti malam tadi.

Eusebio di Francesco memainkan skema 3-5-2 dengan menduetkan Dzeko dan Schick di depan, dua striker yang sangat physically. Sementara Barca menurunkan skema 4-4-2 yang cenderung menggambarkan bahwa Valverde ingin bermain hati-hati sembari mencegah lawan mencetak gol cepat. Ya, posisi Dembele diganti dengan Sergi Roberto yang punya kemampuan bertahan lebih baik. 

Alhasil, Agresivitas Roma seakan "dibiarkan" oleh Barca. Terlihat dari skema gol pertama Roma pada menit ke-6 oleh Edin Dzeko, dimana De Rossi tanpa ada gangguan berarti memiliki cukup waktu untuk berpikir lalu mengirimkan umpan panjang ke striker jangkung asal Bosnia itu. Tak apa, masih aman,mungkin itu yang dipikirkan Valverde.Barca harus meminimalisir segala kemungkinan Roma untuk mencetak gol-gol selanjutnya. Toh agregat masih 4-2 untuk Barca, butuh 2 gol lagi bagi Roma untuk lolos dan menciptakan "keajaiban",dan semua orang tau tidak mudah melakukan hal itu kepada Tim asal Catalan itu. 

Keberadaan Dzeko memang sangat merepotkan Lini belakang Barca yang dikomando oleh Piquenbauer.Karakternya yang physically membuat Roma punya banyak opsi untuk menciptakan peluang, lewat tengah ataupun situasi bola udara. Ditambah kedua wingback Roma, Alessandro Florenzi dan Aleksandar Kolarov, punya kemampuan crossing yang bagus.Tugas berat memang bagi lini belakang Barca mengawal "Raksasa" asal Bosnia itu. 

Babak pertama pun berakhir dengan keunggulan AS Roma 1-0.Kondisi di babak kedua pun bisa ditebak, Di Francesco akan terus memerintahkan anak asuhnya untuk lebih agresif lagi dan tidak membiarkan Barca nyaman bermain dengan possession football mereka. Memasukkan El Shaarawy adalah ide yang bagus untuk mengobrak-abrik pertahanan Barca lewat skill dan kecepatannya. Sementara, Barca akan coba bermain lebih sabar di tengah sembari menciptakan peluang untuk mencetak "gol penghancur".

Namun,seperti yang dikatakan Valverde seusai pertandingan, bahwa agresivitas Roma membuat mereka tidak nyaman sehingga pemain sering "membuang" bola langsung ke depan.Dan Roma seakan mendapatkan momentum dan semangat lebih setelah wasit Clement Turpin menghadiahkan penalti dan De Rossi mengeksekusinya dengan baik. Wow, 1 gol lagi, Roma akan menyingkirkan peraih lima kali trofi si kuping besar itu.Namun,apakah hal itu bisa dilakukan I Lupi? Ini Barca lho, salah satu tim terbaik di dunia.

Namun,ada pepatah bahwa "bola itu bundar" yang artinya setiap tim punya kesempatan yang sama untuk menang,tanpa memandang status dan level permainan tim yang bertanding. Dan Roma meyakini hal tersebut malam itu, agresivitas mereka tidak terbendung dan semakin meningkat intensitasnya.Patrick Schick digantikan Cengiz Under, anak muda yang sempat mencuri perhatian beberapa waktu lalu, terutama ketika menjadi pahlawan saat menang lawan Udinese di Serie A. El Shaarawy pun akhirnya masuk menggantikan Nainggolan demi mengincar gol ketiga yang akan mengubah segalanya.

Dan gol "pengubah" itupun datang di 10 menit terakhir pertandingan lewat tandukan Kostas Manolas memanfaatkan sepak pojok Under,membuat Ter Stegen terpana sebab derasnya bola meluncur ke pojok kanan gawangnya tak mungkin ia halau.Emosi pun memuncak terutama bagi AS Roma dan pendukung mereka.Impossible is nothing, itu yang disaksikan pada pertandingan tersebut.Bak kemenangan David lawan Golliath, tak disangka sama sekali. 

Barca pun berusaha mencetak satu gol saja agar mereka lolos namun peluang demi peluang yang mereka dapatkan menjelang akhir pertandingan tidak membuahkan gol, seperti sontekan jarak dekat Messi dan tendangan Dembele yang masih melambung diatas gawang yang sudah ditinggalkan Allison Becker. Wasit pun meniup peluit tanda pertandingan usai, setelah tambahan waktu 4 menit yang menegangkan bagi kedua tim. Dan AS Roma pun menyusul Deportivo La Coruna serta Barcelona sendiri, untuk menjadi tim yang mampu lolos dari fase knockout UCL dengan menderita kekalahan selisih tiga gol atau lebih di leg pertama. Barca seakan mendapat "Karma" dari La Remontada yang mereka lakukan atas PSG musim lalu di Camp Nou. 

Namun, ada seperti klaim bahwa Federico Fazio berhak mendapatkan kartu kuning kedua alias kartu merah ketika melanggar Messi di babak kedua.Dan Michael Owen menjawab hal itu pada Postmatch Analysis BT Sport.Owen mengatakan,bahwa kartu kuning Fazio karena melanggar Suarez itu yang harus diperdebatkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun