Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Waktunya Kerja Dan Kreasi, Bukan “Omdo” Doank!

28 Oktober 2014   03:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:30 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1414417294569821296

[serial kabinet kerja bag. 1]

Semoga presiden Jokowi bisa termotivasi terus dengan surat al-Insyiroh di dua ayat terakhir. Ayat motivasi yang mengandung optimisme tinggi bagi yang menyukai kerja. Ketika lakon satu sudah usai, segera mempersiapkan lakon selanjutnya. Ketika usai kabinet terbentuk, layak untuk fokus menatap lembaran target-target kerja.

…..

Ngger,

Taman Syurgawi itu semakin gersang

Menagih janjimu

Untuk menembus batas kelam!

…..

[dari puisi “Menerobos Batas Kelam” – Akhmad Fauzi]

Bukan kerja ringan bagi pasangan presiden dan wakil presiden yang telah resmi ini dalam membentuk pembantu-pembantunya. Konsep berpikir yang tergambar dalam diskusi-diskusi harus benar-benar dipertahankan sekuat mungkin dalam membentuk kabinet kerjanya. Saya berharap bukan “kehebatan menjadi yang konsisten” yang ingin dicapai pasangan ini, tetapi kesempurnaan bentukan kabinet akibat dari konsistensi diri yang berinteraksi dengan kritikan-kritikan. Lumrah jika kini pro kontra memenuhi kolong langit wacana. Semarakkan lagi dengan sapa yang ramah.

…..

Jangan takut menelusur titian hidup ini

Sunyi sudah pasti, gembirakan gairah yang ada

Cadas bukanlah rintangan, nyatanya air mampu meluluh-lantakkan!

…..

[dari puisi “Menerobos Batas Kelam” – Akhmad Fauzi]

Menatap keluhan yang terdengar seolah menatap rengekan anak tersayang yang ingin diperhatikan merupakan kewajiban total keduanya dalam membangun karakter sikap di langkah ke depan. Membalas rengekan dengan ironi yang berlebihan sama dengan mempercepat lubang kuburan untuk segera terisi.

…..

Ketakutan hinggap di relung yang gersang intropeksi

Sulit akan tumbuh mencari dialektika diri

Amarah terlahir memang untuk menghanguskan rencana

Tetapi, api itu akan padam bila sorot mata mau melepas pongah

Petaka senantiasa mengintip

Sesempit apapun celah yang engkau buat

Petaka sirna, bukan dengan menutup mata

Tetapi, karena berani menyapanya dengan ramah hati

…..

[dari puisi “Menerobos Batas Kelam” – Akhmad Fauzi]

Ayo! Kerja dan kreasi, berlari dan empati. Garapan negeri ini besar maka semakin besarkan dengan kebesaran kerja dan kreasi. Berlari saja, jangan hiraukan suara yang berseliweran. Saatnya kini kerja dan kreasi berlari agar bangsa ini tidak jadi negeri pemimpi dan sakit hati. Maka, letakkan Omdo doanknya dulu. Karya, karya, dan karya. Kreasi bersama cinta yang dimiliki!

…….

Cinta, mempercepat hidup dan kehidupan itu, ada atau musnah!

……

[dari puisi “Menerobos Batas Kelam” – Akhmad Fauzi]

Kertonegoro, 27 Okober 2014

Ilustrasi : www.kaskus.co.id

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun