Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ramadhan Kita - 24 (Menemukan Tuhan)

30 Juni 2016   21:24 Diperbarui: 30 Juni 2016   21:37 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tema yang berat untuk diurai. Nisbi, subjektif, abstrak, pun fluktuatif. 

Nabi Ibrahim harus berlama-lama memperpanjang tanya, tanya dari fenomena. Di pucuk-pucuk itu, beliau mencari-Nya, Tuhan, Allah swt. Roshululloh pun demikian, mengalami proses panjang untuk menemukan Tuhan. Proses yang sepenuhnya berada dalam skenario Yang Ingin Ditemukan.

Maka tidak aneh jika gus Mus juga bertanya, mempertanyakan mereka yang ingin menemukan,. "Apakah engkau sudah faham Tuhanmu...?". Begitu kira-kira tanya dia. Maka menjadi gaduh ketika "manunggaling kawulo Gusti" beredar di pemahaman awam. Bukan karena HEBATnya yang mengedarkan, bukan karena awam ORA NUTUT pemahamannya. Bukan, buka karena itu adalah sesuatu yang baru. 

Bukan, bukan karena itu. Tetapi sebab ketinggian eksistensi Tuhanlah yang mengajak pikir manusia harus "terpecah" kemana-mana.

Berat tema ini.

Maka menjadi aneh ketika ada yang ringan saja meletakkan keberadaan Tuhan seperti mahkluk adanya. Jelas, mereka yang demikian itu bukanlah awam, tetapi "mahkluk yang ingin menjadi Tuhan tetapi tidak kesampaian".

Di Ramadhan, kita tidak diwajibkan "menemukan", tetapi berpuasa, dengan dasar keimanan untuk mencapai ketaqwaan.

 “Ya ayyuhal-lazina amanu kutiba ‘alaikumus-siyamu kama kutiba ‘alal-lazina min qublikum la’allakum tattaqun”. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.

Kata kuncinya berada pada Iman dan Taqwa, tanpa Iman maka tidak akan menghasilkan taqwa. Taqwa itu : tunduk patuh, mentaati yang diperintahkan Tuhan menjauhi yang dilarangNya. 

Mari, fokus ke itu saja. Kita berzikir, kita tidur, kita taraweh, kita puasa, kita iktikaf, kita menulis, kita berceramah, kita berbagi postingan, saling menyapa, di bulan Ramadhan ini DIUPAYAKAN atas dasar keimanan untuk meraih jiwa yang bertaqwa. 

Inipun berat, berat juga. Tetapi tidak berat jika berlatih dan berupaya, sembari memanjatkan doa untuk diberi kemudahan oleh Tuhan, Allah swt. untuk mencapainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun