Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mata Pedang Mencari Arah

12 Maret 2015   17:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:45 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.



Hai, penghuni surga taman tahta
Terhunus pedang lancip, tajam doa jelata
Mengarah ke sudut-sudut istana ruang minim rasa
Dari arah mata angin yang tak terjangkau arti pupil mata

Sejauh buram menatap awan
Gelembung cekam mencengkeram
Laten ambisi dari segelintir perias obsesi
Dahak sejarah, turunan pendaki mimpi masa dini
Yang berlepotan syahwat, jatah hasrat melawat tirakat

Heei, peneguk sejenak kuasa
Ilusi liar menampar kelekar akar
Rerumputan kering kokoh, melepas desah
Rujuk keindahan sahaja hati, menahan perih

Penghuni istana di tengah hunus pedang sukma
Filosofi keterkaitan kursi bersama umbar janji-janji
Mata pedang menetes air mata, kala waktu merenda serakah

Mata pedang sulaman para dewi
Kahyangan negeri bertabur bunga mimpi-mimpi
Riang pekikan, sumringah, kelindan jelang masa depan

Dan,
Ujung itu kini gemetar
Menanti potongan-potongan jejak
Buih dari pengelabuan dan sulam sulapan

Dan,
Kilau itu, silau memancar
Seiring hentakan kaki merayap
Di kubangan beban permainan kehidupan

Dan,
Mata itu, dingin
Keluh sayu, menunggu
Melabuh duka diantara deretan pesta

Dan,
Pedang itu, menjulur tak tentu arah
Geram gemerincing suara, tersentuh nafas-nafas dosa

Ujung kilau mata pedang itu, sedang merajut keberanian
Untuk menancap di tanah sekitaran istana intan
Agar teryakini, jelata bukanlah pasrah
Jelata, bagian wibawa istana
Negeri yang memuja peka

Makna kepaduan istilah :

Pedang: Simbol harga diri kehidupan anak negeri

Istana: Bangunan, yang ditata dengan air mata dan doa jelata

Negeri: Keutuhan dari sebuah ilusi, yang dibangun dalam niatan suci

Kertonegoro, 12 Maret 2015

Ilustrasi : skyscrapecity.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun