Hai, penghuni surga taman tahta
Terhunus pedang lancip, tajam doa jelata
Mengarah ke sudut-sudut istana ruang minim rasa
Dari arah mata angin yang tak terjangkau arti pupil mata
Sejauh buram menatap awan
Gelembung cekam mencengkeram
Laten ambisi dari segelintir perias obsesi
Dahak sejarah, turunan pendaki mimpi masa dini
Yang berlepotan syahwat, jatah hasrat melawat tirakat
Heei, peneguk sejenak kuasa
Ilusi liar menampar kelekar akar
Rerumputan kering kokoh, melepas desah
Rujuk keindahan sahaja hati, menahan perih
Penghuni istana di tengah hunus pedang sukma
Filosofi keterkaitan kursi bersama umbar janji-janji
Mata pedang menetes air mata, kala waktu merenda serakah
Mata pedang sulaman para dewi
Kahyangan negeri bertabur bunga mimpi-mimpi
Riang pekikan, sumringah, kelindan jelang masa depan
Dan,
Ujung itu kini gemetar
Menanti potongan-potongan jejak
Buih dari pengelabuan dan sulam sulapan
Dan,
Kilau itu, silau memancar
Seiring hentakan kaki merayap
Di kubangan beban permainan kehidupan
Dan,
Mata itu, dingin
Keluh sayu, menunggu
Melabuh duka diantara deretan pesta
Dan,
Pedang itu, menjulur tak tentu arah
Geram gemerincing suara, tersentuh nafas-nafas dosa
Ujung kilau mata pedang itu, sedang merajut keberanian
Untuk menancap di tanah sekitaran istana intan
Agar teryakini, jelata bukanlah pasrah
Jelata, bagian wibawa istana
Negeri yang memuja peka
Makna kepaduan istilah :
Pedang: Simbol harga diri kehidupan anak negeri
Istana: Bangunan, yang ditata dengan air mata dan doa jelata
Negeri: Keutuhan dari sebuah ilusi, yang dibangun dalam niatan suci
Kertonegoro, 12 Maret 2015
Ilustrasi : skyscrapecity.com