Mohon tunggu...
Ticklas Babua
Ticklas Babua Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Mahasiswa Hukum Universitas Halmahera

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mahasiswa Ajaib: Menimbun Seksual, Mengamini Maskulin Demi Memasung Kaki Hawa

2 Oktober 2022   14:46 Diperbarui: 2 Oktober 2022   14:58 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

September 2022, adalah September hitam yang saya jejaki di Kota yang penuh Sejarah dan Budaya. Kota itu saya samarkan dengan nama Kota Kelam. Kebetulan terakhir kalinya saya berada di kota ini di Bulan Oktober yang saya asumsikan sebagai Bulan Penuh Kelam, terlintas, kota ini saya namakan Kota Kelam.

Dihari pertama, 21 September 2022  saya dan kawan-kawan saya yang dari kota dimana kita berasal menginjakkan kaki di kota kelam ini. Awalnya semua baik-baik saja, karena pandangan yang menghiasi jalanan dan gang dipenuhi oleh mahasiswa. Dengan semangat dan rasa bangga, bahwa kita akan bertemu dengan ragam cakrawala berpikir yang lahir dari teman-teman baru di kota ini.

Kota Kelam ini berdiri di Abad  ke-17. Berdasarkan Cerita turun temurun, orang-orang yang mendiami pemukiman para leluhur ini terdiri dari 9 (sembilan) kampung. Irfan Ahmad, (Jurnal ETNOHISTORI, Vol. IV, No. 1, Tahun 2017)

Kota ini awalnya kota yang penuh dengan sejarah dan latar belakang budaya yang membuat M. Adnan Amal tertarik untuk menulisnya dalam Buku Kepulauan Rempah-Rempah. Tersontak saya terkejut ketika saya menginjakkan kaki di kota ini yang tidak sebanding dengan aksara M. Adnan Amal. Wajah kota dan kehidupan sosial masyarakat disini telah berubah drastis yang tidak lagi menitikberatkan pada budaya dan sejarah sebagai nafas kehidupan sosial. Hampir mirip makhluk mitologi Bogeyman, Momok mengerikan.

Masyarakat di kota ini semakin berdampingan dengan seksual, terlebih khususnya masyarakat kampus yang katanya kaum intelek. Seringkali, masyarakat kampus di kota ini berdendang ala filosofi barat, membicarakan pembebasan atas nama kebenaran, budaya, dan cinta, tetapi berperan sebagai maskulin androgini yang menyeramkan.

Mahasiswa Pecinta Seksual
Sejarah mencatat, mahasiswa dapat merobohkan pemerintahan yang zolim dan berhasil membawa perubahan. Dikutip dari Kompas.Com, Gerakan mahasiswa ada di Indonesia sejak tahun 1908 dan melebar di era reformasi 1998 dan masih bertahan hingga kini dan mungkin sampai dimasa akan datang.

Berbeda dengan mahasiswa pecinta seksual yang berada di kota kelam ini, mereka sering melakukan agenda-agenda terselubung dengan pasangan, berdiam di gelap malam yang nyaman, menghembuskan nafas diatas ranjang, dan menikmati alarm panjang perhelatan tanpa menimbang masa depan. Setelah selesai, keesokan harinya mereka ke kampus dan kembali berbincang menggunakan kedok keadilan dan kebenaran. Aktivitas itu terus diberlakukan sepanjang hari.

Hal yang saya tuliskan bukan tanpa dasar, dengan waktu yang cukup singkat, saya sering duduk bersama dengan mahasiswa yang berstudi di kota ini. Tak banyak cerita yang saya dapatkan, hanya saja dari sebagian pembicaraan, banyak yang lebih mendiskursuskan tentang perempuan dan seksual. Paham-paham liar yang mengajak saya untuk berani mengatakan bahwa ini adalah jaman edan mahasiswa ajaib yang bisa berubah menjadi manusia yang minim pengetahuan. Bukan lagi intelektual yang dicerminkan melainkan pencitraan. Budaya literasi rasanya telah lenyap dilingkungan ini.

Hari demi hari yang terdengar ditelinga kiri dan kanan saya hanyalah Perempuan dan Seks. Inilah yang telah menjadi budaya yang melekat pada kehidupan mahasiswa disini. Kurang lebih aktivitas ini dijadikan sebagai gaya hidup yang tidak bisa dilepas-pisahkan. Kondisi tragis ini sering dijadikan sebagai ajang gaya-gayaan, misal; percakapan yang lahir dari pertemanan disini adalah, "sudah berapa banyak perempuan yang sudah kau tiduri.? Kalau boleh kita gantian ya tidurnya.!! Atau bagi-bagi jatah dong biar adil.!!" Betapa bobroknya mental mahasiswa di kota kelam ini. Bahkan, tidak lengkap ketika melewatkan satu malam tanpa berhubungan seksual dengan pasangan pacarnya.

Perempuan Disudut Kampus

Sepanjang lorong dan gang terdapat sekian banyak perempuan yang lalu-lalang untuk berangkat ke kampus dan membawa senjatanya ketika berada diruang kelas kampus. Mulai dari leptop, buku, bahkan tugas-tugas kampus dalam bentuk makalah yang telah di jilidnya. Paras-paras cantik yang menghiasai taman kampus dan warung-warung makan seakan mengundang para aktivis kiri yang bertopeng pada tulisan diatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun