Mohon tunggu...
Kurnia Nasir
Kurnia Nasir Mohon Tunggu... Musisi - musikus jalanan

musikus jalanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bela Negara "Zaman Now"

17 Desember 2018   11:21 Diperbarui: 17 Desember 2018   11:44 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin tak mudah bagi sebuah keluarga yang bisa menerima kematian ayah pada umur sedemikian muda. Apalagi bagi sebuah bangsa dimana orang tersebut sangat diperlukan sumbangsihnya.

Jika disamakan dengan kondisi sekarang adalah usia dimana orang tersebut pada masa puncak karier . Pada masa seperti itu akan banyak hal bisa dia lakukan. Seperti sekolah lagi. Mendapat promosi pangkat yang lebih tinggi danlain-lain.

Panglima Besar Sudirman wafat pada umur yang sangat muda yaitu 34 tahun. Itu setelah selama beberapa lama dia harus berjuang melawan Belanda dengan cari gerilya. Mulai dari Yogya ke Jawa Tengah sampai Jawa Timur. Saat Belanda melakukukan serangan brutal yang dinamakan Agresi Belanda ke II yang memaksa Pemerintah Indonesia mendirikan Pemerintahan Darurat di Bukittinggi.

Sebelumnya, dia menjadi pelindung (pasukan pelindung / pendamping) atas serangan yang dilakukan Suharto di Yogyakarta. Yaitu serangan umum 1 Maret. Itu terjadi ketika Agresi Belanda I.

Dari sejarah kita tahu bahwa kemerdekaan itu kita raih dengan perjuangan mati-matian. Begitu juga mempertahankannya. Butuh perjuangan yang lebih dahsyat untk mempertahankannya. Apa yang dilakukan oleh Suharto dan Sudirman itu adalah mempertahankan kemerdekaan. Dan untuk itu ratusan ribu nyawa rakyat Indonesia harus hilang . Juga harta benda yang dihancurkan oleh lawan.

Dari situ mungkin kita bisa belajar bahwa kondisi yang sangat damai dan baik sekarang ini adalah buah manis dari perjuangan para senior kita. Yang rela menyerahkan apa saja untuk bangsa dan Negara. Bahkan nyawa yang berharga untuk keluarga. Ketika Panglima Besar Sudirman wafat dalam usia masih muda, dia meninggalkan tujuh anak yang masih kecil-kecil.

Dari situ saya mengajak pada pemuda jaman sekarang untuk menghargai dengan baik semua kesempatan dan waktu. Kesempatan dan waktu yang kita punya ini sangat berharga. Jangan disia-siakan dengan hal-hal yang tidak berguna semisal mabuk dan judi. Atau kegiatan lain yang tak berguna.

Atau jika kita sudah memperoleh pekerjaan yang baik, gunakanlah itu untuk mengejar prestasi yang baik sebisa yang ditorehkan. Jangan sampai kesempatan berkarya terbaik itu disia-siakan. Atau mencorengnya dengan hal negative misalnya tindakan korupsi  dll. Itu sama saja menyia-nyiakan perjuangan masa lalu yang ingin membangun bangsa dengan rasa positif.

Hal lain yang mungkin sekarang menjadi godaan yaitu ideology lain atau faham lain yang ingin merusak kesatuan Indonesia. Padahal ketika Sudirman memimpin pasukan untuk membela Negara, tak terbesit pun dalam otaknya akan perbedaan-perbedaan yang ada. Bahwa mungkin ada pasukannya yang berasal dari Jawa, Madura, orang Minang, bahkan orang Dayak. Begitu jga kepercayaan atau keyakinan. Paskan Sdirman mungkin ada yang beragama Islam, Kristen, bahkan penganut kepercayaan Kejawen .

Tapi semuanya itu tak mereka hitung, karena mereka telah bersatu untuk satu Negara bernama Indonesia.  Mereka pasti menginginkan Indoensia tetap satu.

Karena itu, masri sebagai generasi zaman kini, menghargai perjuangan dan kita harus melakukan bela Negara kita dengan cara kekinian pula. Dengan merawat persatuan Indoensia dari semua peluang perpecahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun