Mohon tunggu...
Agung Tiariaji
Agung Tiariaji Mohon Tunggu... -

a Lifetime Learner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membaca Kembali Tolikara - Respon Umat Muslim dalam Tinjauan Psikologi Toleransi Islam

18 Agustus 2015   11:11 Diperbarui: 18 Agustus 2015   11:11 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

            Kasus peran pemimpin agama dalam meredakan konflik ini perlu mendapat dukungan dan apresiasi tinggi dari masyarakat. Selain karena hal tersebut akan memberikan tauladan dan preseden yang baik bagi kemungkinan kasus-kasus serupa di kemudian hari, ia juga menunjukkan kedewasaan yang tinggi dari pemimpin agama beserta umatnya dalam mengelola konflik ditengah situasi yang plural.  

Momen Puasa Ramadhan

Insiden Tolikara bertepatan dengan jatuhnya hari raya Idul Fitri 2015. Selama sebulan penuh sebelumnya, kaum muslim menjalani ibadah Ramadhan dengan berpuasa menahan godaan hawa nafsu terhadap stimulus fisik dan mental secara terukur. Dalam perspektif Psikologi Toleransi Islam, ibadah Ramadhan adalah momen yang baik bagi setiap Muslim untuk dapat belajar dan mengembangkan teknik bertoleransi secara riil. Mengapa demikian? Karena di dalam ibadah puasa, kita tidak saja berlatih untuk mampu menenggang-rasa atas prilaku dan kebiasaan berbeda dari kalangan non-muslim yang tak menjalani ibadah ini, melainkan juga belajar memahami dan menghormati adanya fitrah perbedaan dan keragaman yang diciptakan Allah pada masing-masing manusia. Munculnya peristiwa Tolikara dan sikap kita terhadap insiden tersebut, merupakan tantangan nyata dan cerminan atas prilaku toleransi beragama yang telah kita latih selama bulan Ramadhan lalu.

Penutup

Peristiwa Tolihara meninggalkan sejumlah hikmah kepada kaum Muslim Indonesia. Terlepas bahwa kita perlu bersyukur dengan berakhirnya konflik tersebut, di sisi lain kita juga harus tetap waspada akan dampak dunia cyber yang berpotensi menghadirkan konflik dan radikalisasi agama di situasi yang kini serba terhubung, dekat dan bergerak sangat cepat. Selain itu, kaum muslim tanah air sudah sepatutnya mendukung setiap usaha pemerintah untuk memerangi segala sikap keberagamaan yang ekstrim guna terciptanya masyarakat Muslim Indonesia yang penuh toleransi, moderat dan menghormati keragaman.

 

Daftar Pustaka:

[1] http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150727093459-20-68273/rumah-kristen-tolikara-jadi-tempat-tinggal-pengungsi-muslim/

[2] http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150721123757-20-67415/selain-bantul-pembakaran-gereja-di-purworejo-juga-digagalkan/

[3] http://www.satuharapan.com/read-detail/read/menkominfo-netizen-jangan-asal-forward-berita-tolikara

[4] QS. Al-Hujurat : 6

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun