Mohon tunggu...
Agung Tiariaji
Agung Tiariaji Mohon Tunggu... -

a Lifetime Learner

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jogja dalam Pantai, Candi, hingga Es Duren

9 Agustus 2015   02:24 Diperbarui: 9 Agustus 2015   02:24 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sasaran kami yang pertama adalah Pantai Indrayanti yang terletak paling timur dari deretan pantai-pantai yang ada di Kab. Gunung Kidul. Pantai Indrayanti ini, atau dikenal pula sebagai Pantai Pulang Sawal, hanyalah salah satu dari belasan pantai indah yang terdapat di daerah ini. Menuju ke sana, aplikasi Waze menginfokan kami bahwa perjalanan akan memakan waktu sekitar 1,5 jam. Dan benarlah itu, setiba di Pantai Indrayanti, waktu telah menunjukkan pukul 12.30an. Memasuki kawasan pantai-pantai di Gunung Kidul, kita akan menemui pos tiket masuk. Kami membayar Rp. 50.000 untuk 1 mobil dengan 4 orang dewasa dan 3 anak kecil.

[caption caption="Pantai Indrayanti"]

[/caption]

Sesampai di pantai Indrayanti, mata kamipun segera terpesona dengan indahnya pantai ini. Pasirnya yang kuning, air lautnya yang jernih, ombaknya yang tinggi berdeburan, dan bongkahan karang besarnya yang menjorok ke lautan. Anak-anak kami tak ingin berlama-lama memandang semua keindahan ini dan segera saja mereka bermain dipinggir pantai. Bila kita menengok ke sisi kanan, kita bisa menyaksikan dari kejauhan pantai-pantai lain yang memiliki karakteristik serupa dan melihat banyak wisatawan lain yang juga mengunjungi pantai-pantai tersebut. Dari pantai Indrayanti ini, berturut-turut menuju ke barat, kita akan mendapati pantai Sundak, Sadranan, Krakal, Kukup hingga Ngobaran yang paling ujung barat dari Kab. Gunung Kidul ini. Kami yang hanya berada sekitar 4 jam di wilayah ini pun sepertinya terasa kurang dan begitu rugi karena tidak mampu menyinggahi semua pantai yang ada. Mungkin lain waktu nanti. Oh iya, dari semua pantai tersebut, para pengunjung memang umumnya memilih pantai Indrayanti ini sebagai titik awal eksplorasinya. Hal itu dikarenakan di pantai Indrayanti ini, ketersediaan warung makan, tempat penginapan, kamar bilas renang, dll relatif paling tersedia dibanding tempat-tempat lain. Khusus mengenai penginapan, awalnya kami berniat menginap di pantai ini, yakni di Walet Guest House (Bpk. Hartono: 085200175454), namun dikarenakan gagalnya koneksi kami dengan tempat tersebut, akhirnya niatan itu kami urungkan. Catatan: di area pantai-pantai ini, sinyal seluler umumnya bermasalah.

[caption caption="Pantai_Indrayanti2"]

[/caption]

Selesai menikmati indahnya pantai-pantai di Gunung Kidul, akhirnya jam 16.00 kami pun pamit dan menuju Jogja kota. Mencapai Jogja kota sedianya dapat kami tempuh dalam 1,5 hingga 2 jam. Namun, menjelang daerah perbatasan Patuk-Piyungan, terjadi kemacetan luar biasa yang disebabkan oleh adanya keramaian pengunjung di suatu spot area yang biasa dijadikan titik pantau untuk melihat Jogja dari ketinggian, plus lampu merah yang beroperasi tidak semestinya. Dalam pada itu, akhirnya kami harus tiba di Jogja kota dalam waktu 3,5 jam!

Tiba kembali di hotel Peti Mas pada jam 20.00an malam, kami akhirnya kehilangan waktu menikmati keramaian Malioboro di waktu malam yang sebentar lagi akan berakhir. Pikir punya pikir, akhirnya kami putuskan untuk beristirahat penuh di dalam hotel dan menyiapkan rencana untuk Senin pagi esok.

Pusat Bakpia, Keraton dan Malioboro serta Martabak Telor dan Es Duren Jalan Pajeksan

Bersedia sejak Senin subuh, jam 06.00 kami meluncur ke pusat produksi kue Bakpia yang menjadi lambang panganan khas Jogjakarta. Pusat produksi ini terletak di jl. KS. Tubun yang letaknya tak begitu jauh dari jl. Dagen tempat kami menginap. Di pusat produksi ini, kita akan mendapati beragam rumah produksi bakpia yang selama ini kita kenal. Ada Bakpia dengan merk 25, 75, 145 dll. Saya memilih merk 25 berdasarkan rekomendasi yang saya temui di website-website. Hasilnya lumayan dan tidak mengecewakan. Pas dengan harapan saya…enak. Lebih enak lagi Moci khas Jogjanya, legit sekali. Anda perlu mencobanya, dijamin nyesel bila hanya beli 1 box saja seperti saya.

Puas berbelanja bakpia dan penganan khas Jogja lainnya di rumah produksi 25, saya dan istri melanjutkan pergi mengunjungi Keraton beserta museum-museum yang ada di dalamnya. Ternyata pada jam 07.30, Keraton belum buka. Akhirnya saya putuskan untuk berkeliling mengitari kompleks Keraton dengan benteng-bentengnya. Lumayan menarik juga, meski terasa kurang.

Usai dengan keraton, sisa waktu yang hanya kurang dari 3 jam sebelum kami pulang ke Jakarta, akhirnya kami manfaatkan untuk menyusuri dan berbelanja di Malioboro. Di Malioboro, kami sudah punya toko langganan untuk batik, daster, celana komprang, sorjan, dll yang memiliki kualitas lebih baik dibanding yang ada di emperan-emperan jalan Malioboro. Nama tokonya Margaria. Sementara untuk kaos dan pernak pernik lain, kami tetap menengok pada pedagang K5 yang ada di jalanan ini.

Setelah cukup berbelanja, lapar dan haus akhirnya datang. Di mulut jalan Pajeksan, kami menemui Martabak telor yang begitu enak yang dijual oleh seorang perempuan tua. Saya lupa menanyakan siapa nama ibu penjual martabak telor ini. Yang jelas, olahan martabak telornya yang berukuran sebesar 1 box kartu remi itu membuat kami terus minta nambah dan nambah. Gurihnya martabak telor si ibu tua tersebut, dipermanis dengan adanya es duren yang berada di sampingnya. Dalam hitungan setengah jam, 4 martabak telor, 2 mangkuk es duren dan 1 mangkuk bakso malang, habis sayang lahap! Yang unik dari martabak telor ini adalah, telornya masih berbentuk bulat (telur puyuh rebus) di campur dengan sayuran dan dibalut dengan kulit lumpia. Dahsyat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun