Mohon tunggu...
tiara r
tiara r Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia

Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Konservasi Mata Air hingga Cagar Budaya yang Dilakukan oleh Komunitas CAI Ledeng

9 Agustus 2022   21:10 Diperbarui: 9 Agustus 2022   21:27 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Komunitas CAI merupakan sebuah komunitas yang didirikan oleh para pemuda dan masyarakat Ledeng pada sekitar 5 tahun yang lalu atau sekitar tahun 2017. Namun, secara legalitas, komunitas ini resmi berjalan 2 tahun. CAI sendiri merupakan singkatan dari Cinta Alam Indonesia. 

Berangkat dari kepedulian terhadap lingkungan juga kesadaran akan kebutuhan pokok air bersih, para pemuda dan masyarakat bersama-sama membangun komunitas ini dengan upaya menjaga sumber mata air yang menjadi sumber pokok air bersih untuk wilayah Ledeng dan beberapa wilayah di sekitar Ledeng, Kota Bandung.

Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Pendidikan Indonesia dengan tema Pemberdayaan Masyarakat Berbasis SDGs Desa dan MBKM berusaha mengenal lebih jauh motivasi dari Komunitas CAI sebagai komunitas yang berfokus pada penggalian dan pelestarian potensi budaya lokal.

Dari salah satu hasil wawancara yang dilakukan bersama salah satu perwakilan dari Komunitas CAI, Kang Nugi Herdian, beliau menyampaikan bahwa Komunitas CAI bergerak sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat Ledeng itu sendiri. 

Meski bergerak di ranah budaya, Kang Nugi menjelaskan bahwa implementasi budaya itu tidak harus selalu atraksi budaya. Implementasi kebudayaan yang berkaitan dengan budaya Sunda yang dilakukan oleh Komunitas CAI contohnya menanam padi yang berkaitan dengan Tarawangsa dan Bringbrung, konservasi mata airnya berkaitan dengan Ketuk Tilu. Komunitas CAI mengimplemenasikan konsep kebudayaan sesuai dengan keadaan atau kebutuhan zaman sekarang.

Seiring dengan semakin berkurangnya pelestarian budaya di Kota Bandung, Komunitas CAI berupaya mengembalikan kebudayaan yang sudah hilang. Salah satu caranya adalah konservasi mata air, yaitu Gedong Tjai yang menurut para budayawan dianggap sebagai "Kabuyutan". 

Kabuyutan bukan hanya sekadar prasasti atau artefak, tetapi berkaitan dengan hutan yang memberi kehidupan bagi masyarakat. Di dalam komponen-komponen hutan terdapat berbagai jenis tumbuhan yang bermanfaat bagi masyarakat. 

Komunitas CAI berupaya menjaga hutan tersebut dan menjadikan kawasan Ledeng sebagai Cagar Budaya. Cagar Budaya ini yang nantinya akan menjadi kawasan wisata lokal Bandung. Itulah salah satu harapan dari Kang Nugi Herdian.

Salah satu hal yang menarik dari komunitas ini adalah para anggota komunitas CAI benar-benar bergerak dan bergiat dengan hati nurani dan ketulusan, tanpa mengharapkan imbalan. 

Kang Yadi Supriyadi, selaku ketua Komunitas CAI menjelaskan bahwa mereka tidak bergerak dengan menunggu anggaran pemerintah. Mereka memilih bergerak dan bergiat dengan memanfaatkan potensi dan barang-barang yang mereka miliki saja.

Anggota Komunitas CAI memiliki banyak potensi yaitu salah satunya membuat karya seni yang bernilai jual dari bahan-bahan yang berasal dari Limbah. Hasilnya berupa lukisan dari daun kering, wayang dari limbah kayu, dan ukiran dari serbuk gergaji. Semuanya memiliki nilai jual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun