Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Kontinuitas dan Diskontinuitas dalam Kehidupan di Hari Raya Paskah

4 April 2021   14:51 Diperbarui: 4 April 2021   14:59 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat Hari Raya Paskah!

Pace e Bene! Salam damai dan kebaikan!

Setelah menjalani kisah sengsara, wafat, penyaliban, dan penguburan, Yesus akhirnya bangkit! Yesus adalah 100% Putera Allah! Ia telah menang atas kuasa maut! Sang Putera Tunggal Allah telah bangkit dan kini kita bersorak: Alleluia! Alleluia! Alleluia! Kristus, Pemenang jaya sudah bangkit!

Dalam situasi pandemi ini, perayaan Trihari Paska dibuat sesederhana mungkin, namun tanpa kehilangan makna. Semua umat Kristen dituntun mengenang the events of Christ, yakni sengsara, wafat, dan bangkit. Pada Kamis Suci (Putih), seluruh umat dengan khidmat turut mengenang The Last Supper Yesus dan para murid. Dalam perayaan tersebut, dikenangkan pula penetapan Sakramen Ekaristi, hukum cinta kasih, dan imamat para murid.

Pada Jumat Suci (Agung), seluruh umat turut mengenang derita/sengsara Sang Penebus; mulai dari penangkapan di Getsemani, jalan salib menuju Golgota, dan akhirnya kematian-Nya di kayu salib. Pada hari ini, semua umat diminta turut ambil bagian dalam penderitaan Yesus lewat doa, puasa dan pantang total, dan keheningan batin (silentium magnum bagi para biarawan-ti dan kelompok imam). 

Walau ada nuansa sedih atas kematian-Nya, umat juga turut bersuka cita, sebab Yesus telah mengorbankan diri-Nya menjadi silih atas dosa dan pendamai manusia dengan Allah. Semua tugas-Nya dilakukan oleh Yesus sampai tuntas, hingga Ia berkata di salib, "Sudah selesai..."

Pada Sabtu Suci, seluruh umat mempersiapkan diri dan batin menyongsong hari kebangkitan Yesus. Vigili malam paska menuntun semua umat turut mengenangkan kemenangan Yesus Kristus atas maut. Bacaan-bacaan liturgi disiapkan sedemikian rupa, mulai dari kisah penciptaan (dalam Kitab Kejadian) manusia hingga pada kebangkitan Yesus yang disaksikan oleh Maria Magdalena dan para murid. 

Awalnya, mereka ragu menyaksikan kubur kosong sebagai satu tanda Yesus telah bangkit. Akan tetapi, Allah tidak tinggal diam. Dengan perantaan malaikat-Nya, Allah menyatakan bahwa: "Yesus yang kalian cari telah bangkit dan tidak ada di sini (kubur)!"

---

Dalam kisah penciptaan, Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya. Manusia juga mendapatkan rahmat special, yakni akal budi, perasaan, dan kehendak luhur. Kepada manusia diberikan alam semesta yang telah lebih dahulu diciptakan Allah, agar menjadi rumah yang lengkap bagi manusia. Keadaan masih baik-baik saja. Ada kontinuitas, sebab semua masih damai, rukun, dan tertib. 

Akan tetapi, rupanya manusia belum puas. Godaan iblis (ular) lebih kuat. Godaan itu menjamin manusia bisa sama seperti Allah. Maka, larangan Allah agar tidak makan buah pengetahuan yang baik dan buruk dilanggar. Akhirnya, retaklah relasi manusia dengan Allah. Keindahan Firdaus tidak lagi dinikmati. Putuslah. Terjadi diskontinuitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun