Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Dahsyatnya Ungkapan "I Love You"

8 Februari 2021   22:28 Diperbarui: 8 Februari 2021   22:38 22023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari pexels.com

"Kekuatan kata-kata ternyata mempunyai dampak yang dahsyat dalam mempengaruhi keadaan seseorang atau sesuatu! (Dr. Masaru Emoto)"

Dr. Masaru Emoto namanya. Ia telah melakukan penelitian dan uji coba terhadap air dan nasi yang dibagi dalam tiga wadah berbeda. Di wadah pertama, ia menempelkan tulisan: "I love you! Kamu baik!". Di wadah kedua, tertulis ungkapan: "I hate you! Kamu jahat!". Sementara di wadah ketiga, tidak ada tulisan apa pun.

Setiap hari ia selalu menyapa nasi di dalam masing-masing wadah dengan mengucapkan kata-kata yang tertera di wadah itu. Tibalah di hari ke 27, tampaklah sebuah pemandangan yang menarik. Nasi dalam wadah pertama tidak basi, hanya berjamur dan tidak ada uap bau dari nasinya. Lalu, nasi di wadah kedua, basi dan membusuk. Sementara itu, nasi di wadah ketiga berkerak dan warnanya hitam alami.

Sama halnya dengan air yang dibagi dalam tiga wadah, dengan tulisan yang sama. Dalam bukunya "The True Power of Water", Dr. Emoto menjelaskan bahwa air yang mendapat sapaan baik dan positif akan memiliki partikel kristal segi enam yang indah. Sementara itu, air yang disapa dengan ungkapan negatif akan memiliki partikel kristal yang rusak dan tidak teratur. 

Bahasa Destruktif vs Konstruktif

Bahasa menjadi suatu identitas bagi manusia. Bahasa juga menjadi bagian dari kebudayaan manusia. Manusia yang berbudaya akan mengerti suatu bahasa dan itu menunjukkan masuk ke kategori mana dia. Misalnya, jika seseorang berbahasa Batak, bisa jadi ia adalah orang Batak. Atau, orang di luar Batak, tapi mengerti bahasa dan adat Batak, lalu senang berbahasa Batak. 

Bahasa juga bisa digunakan menjadi indikator untuk menilai kualitas kepribadian seseorang. Yah, memang betul. Jika seseorang sudah terlatih dan terdidik untuk menggunakan bahasa yang sopan, santun, dan tahu konteks, bisa dikatakan bahwa ia tergolong orang yang baik, bertata krama, dan berpendidikan. Orang lain akan merasa senang dan nyaman berkomunikasi dengan tipe ini. Tidak ada kerisihan di dekat orang ini.

Sementara, jika seseorang sudah terbiasa (terlatih) dengan kata-kata jelek dan negatif (hari-hari: kotor), bisa jadi ia tergolong manusia yang tidak berbudi baik dan kasar. Orang banyak akan cenderung menjaga jarak dari tipe ini. Sebisa mungkin, orang tidak mau bertemu dengannya, karena jera dengan ungkapan-ungkapan kasar yang menjadi kebiasaan orang ini. Kecuali, bagi mereka yang setipe dengannya, akan merasa ungkapan kasar itu sebagai hal lumrah.

Dalam hidup sehari-hari, bahasa tidak bisa hilang dan absen dari manusia. Bayangkan saja, mulai bangun tidur, kita sudah berbahasa. Dalam sarapan, kerja, istirahat, olah raga, memasak, menulis, mencuci, berdoa, dan tidur pun kita berbahasa. Yah, dalam tidur ada mimpi. Spontan, bisa saja kita mengingau tak jelas karena mimpi dan itu pun bahasa. 

Masalahnya, apakah bahasa yang digunakan itu adalah bahasa yang kurang atau tidak baik, sopan, santun, dan destruktif? Atau apakah bahasa yang digunakan sudah lebih displin, sopan, santun, ramah, dan konstruktif? Boleh instropeksi sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun