Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tetap Berjaga, Sebab Kita Tidak Tahu Kapan Waktunya

23 Januari 2021   21:46 Diperbarui: 23 Januari 2021   22:09 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari pexels.com

Salam Sehat. Pace e Bene!

Tidak bisa dipungkiri, bahwa kasus positif Covid 19 di Indonesia kian melonjak. Hari ini, jumlah kumulatif kasus Covid sudah berada di angka 977.474 kasus. Sebentar lagi, tinggal menunggu waktunya, angka kasus positif Covid sudah berada di 1.000.000. Cepat sekali.

Tak diduga-duga, salah seorang dari pasien yang terpapar Covid adalah Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Indonesia, Doni Monardo. Hasil tes PCR-nya menunjukkan bahwa ia positif Covid-19. Tanpa merasakan gejala apa pun, ternyata beliau sudah terinfeksi Covid. Padahal, di satu sisi, menurut penuturannya, Pak Doni sendiri sudah merasa displin menjalankan prokes; pakai masker dan cuci tangan. Lalu, mengapa beliau masih bisa terpapar Covid-19?

Melihat Situasi, Pentingnya Dubium Universal

Marilah kita pinjam teori dubium universal dari Rene Descartes, tapi jangan bulat-bulat. Yang mau kita pinjam itu, bagaimana mencapai suatu keyakinan dengan keragu-raguan. Misalnya, keyakinan yang mau kita ambil adalah bebas dari Covid-19. Untuk itu, yang perlu kita ragukan adalah apakah benda-benda, termasuk manusia sekitar kita sudah bebas dari Covid-19? Hal ini perlu dan saya sangka penting melihat situasi yang tak bisa ditangkap oleh indera.

Di tempat umum, keragu-raguan semacam ini perlu agar kita pertama-tama mempertanyakan apakah sarana publik sungguh bebas dari Covid-19? Sebab, benda-benda mati pun bisa menjadi tempat virus menempel dan bertahan hidup untuk jangka waktu tertentu. Maka, perlu ragu untuk menyentuhnya, agar tubuh kita tidak menjadi inang bagi mutasi virus. Kita harus semakin berhati-hati bersentuhan dan menyentuh benda-benda publik.

Tidak hanya fasilitas publik, orang yang kita jumpai di luar pun perlu dipertanyakan, "Apakah ia tidak membawa virus Covid-19?" dengan kata lain, "Apakah ia bebas dari Covid-19?" Pertanyaan kritis ini juga perlu ada agar, kita tidak sembarangan bersentuhan fisik atau dekat dengan orang lain. Karena, kontak fisik adalah jembatan bagi virus untuk masuk ke tubuh kita. Jangan asal percaya bahwa orang lain itu sehat dan bersih dari Covid-19. Kita tidak tahu sudah kemana saja dia pergi. Kita tidak tahu benda apa saja yang sudah disentuhnya. Kita juga tidak tahu dengan siapa saja ia telah berkontak.

Bukan hanya di publik, di rumah sendiri dengan keluarga, perlu ada sikap dubium, keragu-raguan. Untuk itu, perlu penjagaan dan sikap waspada di rumah tangga.

Tetaplah Setia dan Displin Menaati Prokes

Pengalaman Pak Doni menjadi suatu pelajaran bagi kita. Bukan hanya beliau yang mengalami hal itu, sudah banyak kok yang sungguh ketat melaksanakan prokes, tetapi pada akhirnya harus KO terhadap Covid. Dimana salahnya?

Jawabnya adalah ketika lengah barang sedetik pun, di situlah virus masuk dalam tubuh. Pak Doni menuturkan bahwa saat memimpin penanggulangan bencana di Sulawesi Barat dan Kalimantan Selatan, ia pernah membuka masker saat makan bersama orang lain dan ngobrol dengan mereka. Ini adalah analisis sementara. Lengah sebentar saja, virus langsung masuk tubuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun