1. Tidak ada lagi kebaikan yang bisa dilihat. Ketika sudah tidak ada lagi rasa saling mencintai, hal positif sekalipun akan dipandang negatif.
2. Membatasi diri untuk tidak bercerita atau berkomunikasi.
3. Berantem dan tak mau baikan.
4. Merasa sepi sekalipun di dekat pacar.
5. Merasa bahwa pacaran hanya buang-buang waktu.
6. Pacar sudah tidak menarik lagi, tak ada lagi cinta.
7. Rasa peduli mulai tipis bahkan tidak ada.
8. Mencari pengganti/pasangan yang baru.
Apakah salah ketika relasi pacaran putus atau kandas di persimpangan atau tengah jalan? Jawabannya tidak! Asalkan itu dilakukan secara sadar demi kebaikan bersama, yakni kemurnian kata-kata, pikiran, dan perbuatan.Â
Pacaran itu punya nilai kesakralannya dalam artian, baik laki-laki maupun perempuan sedang berlatih dalam memelihara cinta lewat tutur kata, pikiran yang sehat, dan perbuatan yang dijaga kepada orang yang dicintainya.Â
Kalau pacar sudah mulai dan selalu mengarah kepada tuntutan erotis, silakan tentukan pilihan bijakmu. Jangan sampai cintamu yang tulus dirusak oleh pacar yang membutakan cinta dan hati nuraninya demi yang tidak-tidak.
Kita sendiri bisa menilai kualitas pacaran zaman sekarang. Dan, barangkali dapat berefek pada rumah tangga. Kasus perceraian baik secara sipil maupun agama sudah makin marak.Â
Rasanya sakralitas perkawinan itu semakin memudar dengan begitu gampangnya gugatan perceraian. Ragam alasan untuk menjelaskannya, tapi ada hal yang bisa dipertanyakan secara serius: "Apakah selama masa pacaran, pengenalan satu sama lain belum optimal?Â
Dalam artian, ada relasi 'abu-abu', yang tidak terus terang mengungkapkan jati diri masing-masing. Apakah dengan masa pacaran yang ekspres, baik si laki-laki maupun perempuan sudah betul-betul saling mengerti dan mencintai secara tulus?"Â
Bahkan, ada terjadi bahwa masih satu bulan berpacaran, baik laki-laki maupun perempuan sudah berani menuju jenang yang serius.Â
Alasan berikut adalah berani menentukan pilihan untuk bahagia. Kalau lebih dominan pengalaman duka yang didapat dari pacaran, alangkah lebih baik diputuskan untuk putus.Â
Dalam berpacaran, keduanya mesti saling merasa nyaman, aman, dan bahagia. Bukan hanya satu pihak saja bahagia, sementara yang satunya lagi tidak. Untuk itu, demi kebahagiaan, tidak salah berani menentukan pilihan mengakhiri hubungan.