Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Stay At Home Saat Nataru 2020

16 Desember 2020   14:21 Diperbarui: 16 Desember 2020   14:31 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: weblog.wur.eu

Pukul 10.00 WIB tadi, saya ke ruang rekreasi lalu mengambil harian Kompas hari ini. Saya buka halaman pertama dan baca judul besar Hindari Lonjakan Kasus, Tetap di Rumah Saat Libur. Seperti menarik berita ini. Saya baca secara lambat dan ikuti kalimat demi kalimat. Fokus utama berita ini adalah imbauan agar masyarakat diharapkan menjunjung tinggi protokol kesehatan menjelang akhir tahun dengan tidak bepergian keluar rumah. Covid 19 menjadi penyebabnya. Bukan. Tepatnya, akan banyak orang yang berpotensi menjadi korban dan penyebar mata rantai Covid 19.

Memang, libur natal dan tahun baru (nataru) sudah di depan mata. Tinggal menghitung hari, sudah dapatlah libur nataru. Biasanya, ini momen yang paling ditunggu-tunggu oleh kebanyakan orang. Selain mendapat THR (Tunjangan Hari Raya) dan tunjangan lainnya, momen nataru menjadi kesempatan berpiknik kesana kemari. Banyak orang memilih untuk bepergian merayakan momen pergantian tahun. Ada yang mudik ke kampung halaman dan ada yang melancong ke kampung orang lain. Pokoknya, ada yang mau dinikmati pada pergantian tahun. Lebih nikmat lagi kalau ada perayaan kembang api atau pesta meriah.

Jauh sebelum jatuh tempo, sudah banyak keluarga yang booking tiket untuk bisa berkelana sejenak menikmati udara libur. Biaya yang dikeluarkan untuk liburan akhir tahun biasanya tidak tanggung-tanggung. Keluarga sudah lama menabung demi banyak hal yang mau didapat saat natal, terutama tahun baru. Rasanya, ngak sah kalau di acara tahun baru tidak ada minimal baju baru.

Di liburan nataru kali ini, semua kebiasaan di atas sudah amat sulit, bahkan mustahil untuk dilakukan. Covid 19 berhasil memblok kemeriahan nataru kali ini. Di beberapa tempat, larangan untuk mengadakan perjalanan atau perayaan nataru sangat dijaga ketat. Langkah ini dilakukan demi merem laju penularan Covid 19. Memang, agak mencekam bahwa korban Covid 19 di Indonesia sudah berada di sekitaran 630 ribu jiwa.

Usaha demi usaha sudah diperbuat. Sosialisasi telah disampaikan kepada masyarakat untuk tetap peduli akan kesehatan. Namun, faktanya banyak masyarakat yang kurang peduli dan apatis dengan itu. Banyak yang berpikir bahwa Covid 19 sudah menjadi penyakit biasa seperti flu. Kalau pun terinfeksi, ia akan diobati secara gratis dan dibiyai oleh negara. Sayangnya, bila setengah masyarakat Indonesia berpikir seperti ini, seberapa besar biaya yang dikeluarkan oleh negara.

Di Medan sendiri, sejauh yang saya amati, begitu banyak orang yang sudah tidak peduli protokol kesehatan. Beberapa kali saya jumpai di pusat-pusat keramaian seperti pasar, terminal, sekolah, dan tempat nongkrong orang muda, banyak yang tidak mengenakan masker. Jarak kontak dengan orang lain sudah tidak sampai batas minimal 1 meter. Saya merasa heran dan bertanya dalam hati, "Yang sudah hilangnya Covid dari Medan ini? Kok banyak yang tidak peduli kesehatannya dan kesehatan orang lain?"

Kenyataan ini tidak luput dari diskusi kami di kantor. Gimanalah ngak merajalela si Covid, orang-orang Medan pun banyak ngak mau tahu. Pakai masker pun ngak. Dan tak ada lagi jarak pemisah kalau berkomunikasi. Gimana pulalah dengan liburan kita ini yah? Pasti sama halnya, atau mungkin lebih parah. Sedangkan belum libur saja sudah separah ini. Kurang lebih demikian diskusi kami yang agak jengkel dengan keapatisan orang yang kami lihat.

Sewaktu Covid baru-baru masuk di Indonesia, pemerintah minta supaya semua warganya stay at home, jangan bepergian entah kemana-mana. Jangan melakukan kontak dengan orang di luar rumah, supaya tidak terjadi transfer-terima Covid 19. Beberapa minggu langkah ini diikuti dan ditaati. Tapi, banyak orang sudah mulai mengeluh dan protes dengan berbagai alasan. Akhirnya, imbauan itu dilanggar. Ujung-ujungnya, Covid makin mewabah.

Sekarang, imbauan agar stay at home kembali didengungkan, terlebih menjelang dan pada saat nataru 2020. Adalah langkah bijak, bila masyarakat yang budiman ini tidak jugul (Batak, artinya: keras kepala) dan mengikuti harapan yang dicantumkan di halaman harian Kompas hari ini. Meski agak pesimis, karena pasti akan banyak yang tidak mau tahu, saya mengajak sahabat dan saudara-i yang tercinta untuk ikut memberi hati merem laju penularan wabah Covid 19. Ikutilah harapan pemerintah yang sudah dikeluarkan lewat peraturan perundang-undangan: Hindari perayaan meriah nataru dan tidak melakukan perjalanan ke mana pun. Biarlah kali ini, kita merayakan sukacita nataru di rumah. Stay at home sajalah saat ini. 

Pemerintah juga mesti tegas menerapkan dan mengawasi pelaksanaan peraturan terkait libur nataru 2020. Seperti di Medan sendiri, imbauan seperti di atas barangkali akan sulit ditaati. Euforia liburan apalagi nataru sulit dibendung. Untuk itu, perlu dibuat pengawasan yang tepat sasaran agar Medan tidak menjadi penyumbang kasus Covid di Indonesia. 

Oleh sebab itu, segala pihak mesti bijak menempatkan diri pada situasi pandemi ini. Mana yang prioritas, kesehatan atau liburan? Atau bisa jadi dua-duanya disinergikan dengan liburan cukup di rumah demi kesehatan si bapak, ibu, dan anak di keluarga masing-masing. Uang yang ada tahun ini bisa ditabung untuk kemungkinan yang tak terduga di 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun