Mohon tunggu...
Tia Enjelina
Tia Enjelina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (20107030043)

Communication kid

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Geti Wijen, Camilan Ndeso Wajib Lebaran 2021

19 April 2021   12:46 Diperbarui: 19 April 2021   12:53 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Geti Wijen Pak Kino/Dokpri

Geti Wonogiri -- digeget kroso ning ati 

Tidak hanya olahan thiwul, gaplek, emping, sayur lombok, atau aneka olahan ikan dan ayam, Wonogiri juga punya makanan khas khusus untuk cemilan yang harus ada saat lebaran tiba. Sayangnya, jika beberapa bahan makanan pokok lain mengalami kenaikan harga selama pekan pertama Ramadhan tahun ini, lain halnya dengan cemilan yang disebut geti wijen ini yang terus menurun produksinya sejak awal pandemi covid-19 tahun lalu.

"Mau hari raya atau hari biasa, biasanya penjualannya lumayan ajeg (stabil) mbak, soalnya yang buat geti di Wonogiri sepertinya nggak banyak yang saya tahu cuma sekitar 3 sampai 4 kira-kira, tapi selama pandemi kami yang biasanya setor tiap hari sekarang seminggu cuma 3 kali, tapi untuk jumlah pasnya tidak kami rinci, yang jelas turun" ujar Satini (70), pemilik usaha produksi geti wijen di RT 002/RW 011 Geneng, Purwosari, Kamis (15/04/2021). Ibu Satini juga menambahkan, meskipun tidak ada kenaikan harga sekalipun di bulan ramadahan atau menjelang lebaran, permintaan pasar lumayan menurun karena pandemi covid-19 sejak tahun lalu.  Produksinya pun juga menurun, dari awalnya mereka memproduksi geti wijen 25 kg per harinya, menjadi 25 kg per dua hari sekali.

Makanan ringan khas Kabupaten Wonogiri ini dijual dengan harga yang sangat terjangkau yakni Rp.5000 - Rp.7000 per pak-nya, dan sangat mudah ditemui jika anda berkunjung ke Kabupaten Wonogiri. "Sampai saat ini kalau penjualannya ya cuma disetorkan ke kios-kios di Pasar Wonogiri mbak, kayak di pusat oleh oleh Bu Darmo Putro di Pasar Wonogiri itu, terus mereka juga jual di online barangnya dari sini," tuturnya. Maka dengan telah adanya toko online yang memasarkan produk Geti Wijen Pak Kino ini tentunya membantu pemasaran yang jauh lebih luas daripada hanya di ruang lingkup Kabupaten Wonogiri saja seperti yang sebelum-sebelumnya Ibu Satini lakukan. Ibu Satini mengaku, ia telah menjual geti wijen sejak lebih dari 40 tahun yang lalu, sejak wijen masih seharga Rp.100 per kilogramnya, hingga Rp.45000 per kilogram seperti sekarang ini. Untuk wijennya sendiri, Ibu Satini memilih untuk menggunakan wijen impor dari India sebagai bahan dasarnya, karena dirasa lebih berkualitas daripada wijen lokal.

Pengemasan geti wijen/Dokpri
Pengemasan geti wijen/Dokpri

Jika biasanya wijen hanya ditaburkan sebagai topping atau penghias semata di cemilan-cemilan lain seperti onde-onde, wijen adalah bahan dasar utama dalam pembuatan kudapan ini. Sekilas penampilan geti wijen mirip dengan enting-enting, yang juga memiliki kesamaan komposisi dengan geti, yakni wijen, dan gula, namun bedanya enting-enting disertai dengan bahan utama kacang tanah. Dengan campuran gula yang tak sebanyak enting-enting, geti memiliki rasa renyah dan manis dengan ciri khasnya sendiri. Wijen yang menggumpal pada geti merekat karena adanya campuran jahe dan rebusan gula jawa, dan paling cocok dimakan bersama kopi atau teh hangat. Berbeda dengan makanan oleh-oleh lain yang memiliki satu rasa yang menonjol, karena rasanya yang manis dipadu dengan rasa gurih dan teksturnya yang lengket namun renyah menjadi citarasa unik tersendiri dari geti wijen yang tentunya banyak disukai orang, maka tidak heran jika biasanya peminat jajanan ini cenderung stabil di pasaran. Sebenarnya tidak hanya di Kabupaten Wonogiri, ada juga beberapa daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang juga memiliki kue geti sebagai cemilan khas di daerahnya. Namun tetap saja, setiap daerah pasti juga memiliki ciri khasnya sendiri entah dari bahan-bahan pembuatannya maupun dari segi rasanya. 

Ibu Satini tidak sendiri dalam pembuatan geti wijen ini, dibantu anak-anak dan menantunya, mulai dari penjemuran biji wijen hingga kering hingga pengemasan, tentunya melalui beberapa tahap produksi yang cukup memakan waktu. Tak sungkan-sungkan, Ibu Satini pun dengan senang hati membagikan resep beserta cara pembuatan geti wijen miliknya dari tahap awal sampai akhir. Pertama, biji wijen harus dijemur terlebih dahulu selama beberapa waktu hingga kering, yang kemudian disangrai dengan api kecil sampai berubah warna. Setelah lelehan gula menggumpal wijen dicampurkan hingga merata lalu langsung dicetak dalam cetakan kayu dan dipotong kotak-kotak atau dibentuk bulatan sebelum mengeras, dan terakhir dikemas dalam plastik setelah kering sebelum siap dipasarkan. Namun adonan gula merah dan gula putih harus diolah dengan takaran yang pas agar tidak terlalu lembek yang membuat geti terlalu melempem atau malah terlalu keras yang membuat wijen tidak dapat menyatu dengan gula. Tidak lupa jahe sebagai penyedap rasa, selain menjadi bahan utama pemberi rasa manis, adonan gula ini juga merupakan pengawet alami dari geti wijen itu sendiri. Dan karena itulah selain manis dan gurih, kudapan renyah ini juga tahan lama. Ibu Satini sendiri telah membuktikan, geti wijen buatannya tersebut tidak akan basi ataupun menjamur selama masih tertutup rapat dalam kemasan, melainkan hanya akan berubah teksturnya menjadi sedikit ambyar jika sudah lebih dari 2 bulan sejak waktu pembuatannya.

Oleh karena masih mempertahankan resep tradisional pembuatan geti tanpa pengawet yang berbau kimiawi sejak pulihan tahun lalu hingga sekarang, Geti Wijen Pak Kino ini adalah salah satu brand makanan ringan asli Kabupaten Wonogiri yang saya rekomendasikan jika anda berniat untuk menyuguhkan kudapan ini di meja ruang tamu anda saat lebaran nanti ataupun sekedar untuk dibawa sebagai buah tangan yang pastinya akan dinanti oleh para kerabat di rumah.

Penulis bersama Ibu Satini/Dokpri
Penulis bersama Ibu Satini/Dokpri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun