Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ini yang Saya Lakukan Ketika Tidak Masuk PTN

23 Juni 2021   09:44 Diperbarui: 23 Juni 2021   11:13 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 14 Juni 2021 lalu, pasti menjadi hari yang membahagiakan bagi orang-orang yang berhasil diterima di bangku Perguruan Tinggi Negeri (PTN) idaman. Bagi yang belum berhasil, tentu ada kesedihan tersendiri. Sebaiknya, kesedihan itu tidak berlarut, sebab yang penting apa langkah berikutnya yang harus dilakukan.

Mungkin bagi sebagian orang ketika gagal merebut satu kursi di PTN, mereka langsung mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian mandiri yang dilakukan oleh kampus yang bersangkutan.

Tetapi bagi sebagian orang lagi, ada juga tidak mau mengikuti ujian mandiri, barangkali dengan pertimbangan biaya yang dikeluarkan pasti lebih mahal. Bagi yang memilih langkah ini, alangkah baiknya memikirkan alternatif yang lain.

Intinya, jangan pernah beranggapan bahwa PTN adalah satu-satunya menuju masa depan. Jadi jangan pernah menyesali diri karena tidak lulus PTN.

Bukankah masih banyak Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang berkualitas, bahkan melebihi kualitas PTN tertentu? Bukankah banyak orang yang sukses dengan latar belakang pendidikan PTS?

Bahkan, bagi sebagian pelajar SMA, ternyata tidak sedikit juga memutuskan langsung mendaftar ke PTS tanpa harus mengikuti SBMPTN. Sebaliknya ada yang sudah diterima di PTN, bahkan kategori PTN favorit melalui SBMPTN, tetapi memilih untuk tetap kuliah di PTS.

Nah, kalau pengalaman saya berbeda.

Saya akan coba melakukan kilas balik pengalaman saya ketika tidak lulus SBMPTN (baca: UMPTN) tahun 1994.

Ketika dinyatakan tidak lulus UMPTN, saya akhirnya memutuskan untuk langsung mengambil kuliah di sebuah PTS. Walaupun hati saya belum bisa menerima kenyataan. Bahkan dalam diri, saya berjanji, bahwa tahun berikutnya saya akan ikut UMPTN kembali.

Pertimbangan masuk PTS tentu menjadi pilihan saya karena saya tidak mau menganggur setahun hanya untuk menunggu UMPTN berikutnya. Otak juga tetap dilatih, sehingga tidak tumpul.

Berbeda dengan pengalaman beberapa teman yang justru memilih tidak kuliah, tetapi mempersiapkan diri selama setahun dengan cara mengikuti bimbingan belajar. Katanya, biar fokus. Apalagi orang tua mereka telah memberikan "ultimatum" agar kuliah di PTN karena biayanya lebih terjangkau dibanding kuliah di PTS, karena kalau di PTS tidak sanggup membiayai.

Ada juga teman yang memilih langsung bekerja, kemudian ada yang fokus mengembangkan ketrampilan mereka sesuai dengan passion yang dimiliki. Apapun pilihan mereka, tentu ada yang menjadi dasar pertimbangan masing-masing.

Kembali ke cerita saya memilih masuk PTS.

Beruntungnya, saat itu saya akhirnya diterima di sebuah kampus PTS yang menawarkan beasiswa full selama setahun. Ini beasiswa karena Nilai Ebtanas Murni (NEM) yang lumayan baik. Bahkan bisa diperpanjang dengan catatan IPK harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh kampus. Dengan demikian, orang tua saya tidak mengeluarkan biaya sepeserpun, kecuali untuk kebutuhan sehari-hari sebagai anak kos.

Setelah menjalani perkuliahan selama setahun, dengan IPK yang memenuhi standar, sesungguhnya saya masih bisa melanjutkan beasiswa di kampus tersebut. Tetapi seperti janji saya dalam hati, saya akan ikut kembali UMPTN.

Bersyukur, saya akhirnya diterima sebuah PTN, kemudian memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah di PTS tersebut. Tentu keputusan itu ada plus minusnya. Minusnya, umur saya akan mundur setahun untuk menjalani masa kuliah. Tetapi plusnya, profesi yang saya geluti saat ini ternyata sangat sesuai dengan ilmu yang saya peroleh ketika di kampus.

Nah sahabat pembaca, khususnya yang masih bingung mau memilih langkah berikutnya, ini adalah pengalaman saya pribadi, tentu setiap orang akan berbeda pengalamannya. 

Sebagai "disclaimer" pengalaman ini bukan menjadi sebuah patokan, barangkali bisa menjadi pertimbangan untuk yang bingung mengambil keputusan karena tidak diterima masuk di bangku PTN. Saya berharap, pengalaman saya ini bisa  bermakna bagi pembaca yang membutuhkan.

Bagi yang masih berjuang menentukan masa depan, menentukan tempat kuliah,  doaku bagi kalian, semoga Tuhan berikan jalan terbaik. Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun