Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mungkinkah PKH itu Pemutus Rantai Kemiskinan?

5 Februari 2019   06:23 Diperbarui: 6 Februari 2019   14:57 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pencairan Bantuan Sosial PKH Tahap Pertama Tahun 2019 (sumber : pkh.kemsos.go.id)

"Bilang pada KPM, yang berat itu bukan belanja, tapi mandiri dan keluar dari PKH" (Kemsos_PKH)

Demikian sebuah kutipan yang saya baca di sebuah media sosial (Instagram) @Kemsos_PKH. Saya mencoba membahasakannya seperti ini, semiskin apa pun seseorang, tidak perlu diajari untuk berbelanja menggunakan uang yang ada padanya. Pasti gampang! Tetapi untuk mandiri itu, ternyata tidak mudah. Apalagi harus berhenti dari keanggotaan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Progran Keluarga Harapan (PKH). 

Untuk mandiri, tidak cukup dengan pemberian dana terus menerus dan pendampingan, harus ada niat dan usaha yang kuat dari dalam diri Keluarga Penerima Manfaat.

Pertanyaannya, mungkinkah? Pembaca dapat menyimak dari dua kisah berikut.

Akhir-akhir ini, saya sering membaca berita di media massa maupun media sosial tentang Keluarga Penerima Manfaat PKH berhenti dari program yang digagasi oleh Kementerian Sosial (Kemensos) tersebut. Tentu bukan karena diberhentikan oleh pihak Kemensos, tetapi karena sudah mampu untuk mandiri.

Salah satunya, kisah dari Nur Sofiyah warga Dusun Losari, Desa Pagergunung, Kabupaten Magelang. Nur Sofiyah yang telah menerima dana dari PKH sejak tahun 2017 sebesar Rp 1.890.000 per tahun. Setelah menerima PKH tidak hanya memanfaatkannya untuk kebutuhan semata. Melalui dana tersebut, ternyata Nur Sofiyah mampu membuka usaha kecil-kecilan, berjualan marning (jagung goreng).

Setelah memulai usaha, ternyata dagangan Nur Sofiyah pun laris manis dan diminati oleh banyak orang. Bahkan dari hari ke hari pelanggannya bertambah. Karena itu, Nur Sofiyah mau tidak mau harus menambah sejumlah pekerja untuk membantunya. Jadi, sekarang Nur Sofiyah bukan saja berhasil menjadi seorang yang mandiri, tapi lebih dari itu, yakni membuka kesempatan kerja bagi orang lain.

Demikian halnya dengan Siti Mulidah warga Dukuh Ketugon RT.05 RW.01 Desa Muktisari, Kecamatan Kebumen yang sudah mengundurkan diri sebagai penerima PKH karena keadaan ekonomi sudah jauh lebih baik dibandingkan saat awal menerima PKH. Sekarang Siti sudah memiliki usaha ternak burung merpati pos yang sudah bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.

Kisah Nur Sofiyah dan Siti Mulidah adalah dua contoh kisah yang layak dijadikan sebagai model bagi Keluarga Penerima Manfaat PKH. Walau secara ekonomi awalnya mereka terbatas, tetapi mental mandiri mereka tidak mampu dibatasi. 

Miskin secara ekonomi bukan berarti bermental miskin. Sehingga, ketika mereka berkesempatan menjadi Keluarga Penerima Manfaat PKH, mereka tidak menyia-nyiakannya, dengan semangat, tanggung jawab dan keuletan, mereka telah mampu memerdekakan diri dari ketidakberdayaan ekonomi.

Sesungguhnya mental yang demikian harus dipupuk dan dimiliki oleh masyarakat luas di negeri ini, sebab mental yang demikian akan mendorong bangsa ini memutus rantai kemiskinan dan mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Mental yang demikian bukan saja harus dimiliki oleh Keluarga Penerima Manfaat PKH, tetapi setiap orang yang menerima bantuan dana dalam bentuk apa pun dan dari siapa pun juga.

Program Keluarga Harapan Efektif Mengurangi Kemiskinan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun