Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Strategi Membangun Keluarga Ideal

20 Mei 2018   14:43 Diperbarui: 20 Mei 2018   18:39 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan sesungguhnya, jika ingin membangun keluarga ideal bukanlah dimulai ketika hari pernikahan seseorang. Tapi jauh sebelumnya. Masa pranikah itu sebenarnya memiliki andil besar dalam membangun keluarga.

Misalnya, sebelum menikah maka seseorang seharusnya telah menyiapkan kedewasaan rohani, mental dan emosional, memilih orang yang benar-benar bisa siap mendampinginya baik dalam keadaan suka maupun duka, serta memiliki pekerjaan atau penghasilan. Sebab akar dari permasalahan keluarga tidak jauh dari hal-hal yang itu juga.

Bagi yang sudah berkeluarga harusnya terus belajar. Sebab membangun keluarga tidak pernah ada kata tamat. Setiap hari, ada saja masalah dan tantangan baru yang harus dihadapi. Jadi selalu ada pelajaran barunya. Jika keluarga tidak terbuka untuk mau belajar bersama, maka itulah awal dari kemunduran keluarga.

Begitulah langkah filosofisnya. Terus bagaimana pula dengan langkah teknis untuk membangun keluarga yang ideal tersebut?

Langkah Membangun Keluarga Ideal

Nah, secara teknisnya dalam membangun keluarga, penulis ingin mengutip dari sebuah infografis dari media sosial BKKBN. Dalam infografis tersebut, setidaknya ada 6 langkah membangun keluarga yang ideal.

Sumber : IG@BKKBNofficial
Sumber : IG@BKKBNofficial
Pertama, menikahlah pada usia ideal.

Saran pernikahan ideal tentu bukan tanpa alasan. Hal itu pasti telah melalui sebuah kajian para ahli dan penelitian yang dalam melalui orang-orang yang sudah berkeluarga.

Untuk itu, pernikahan dini sangat tidak dianjurkan dan sebaiknya harus dihindari. Jika ditinjau secara medis, pernikahan dini itu kurang baik untuk kesehatan reproduksi. Sementara dari aspek lain, pernikahan dini cenderung bisa menimbulkan masalah karena ketidaksiapan mental, emosional dan finansial.

Bagaimana pula jika menikah terlalu lama?

Dari pengamatan penulis, ini terkait dengan pemenuhan kebutuhan anak kelak. Misalnya, orangtua sudah menjelang pensiun (tidak produktif) ternyata masih harus berjuang menyekolahkan anak mereka. Kalau begini repot kan? Kalau sudah punya warisan tujuh turunan mungkin tidak menjadi masalah, tapi umumnya kenyataannya kan tidak demikian.

Di samping itu, jika menikah terlalu lama, ada kemungkinan proses kelahiran akan terjadi masalah ketika sudah melampaui batas usia sehat untuk melahirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun