Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kejahatan di Bulan Para Setan Terbelenggu

31 Mei 2017   07:17 Diperbarui: 31 Mei 2017   09:06 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DISINYALIR dalam sebuah hadis Rasululah S.A.W. yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim berbunyi: "Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu.”  Hadis tersebut menggambarkan betapa indah dan damainya bulan suci yang selama setahun dinanti-nantikan oleh umat Islam. Sebelum terbit fajar ummat sudah mulai beraktivitas hingga lalut malam. Bukan saja di masjid yang bertambah ramai, tetapi di pasar, pusat perbelanjaan, bahkan pasar kaget bermunculan dimana-mana membuka lapak untuk menjual takjil. Tidak bisa membeli lauk yang mewah, ada tetangga yang berdatangan membawa makanan yang sedap-sedap. Sungguh indah sekali suasana bulan berkah ini.

Bau syurga menyeruak ke bumi yang sejuk dengan segala kebaikan ummat. Bahang neraka tidak lagi terasa menyengat di hati manusia karena telah tertutup rapat. Sementara itu, setan-setan yang diciptakan Allah dari api yang selama ini  sangat lihai menggoda anak adam, kini tumpul hanya bisa menonton saja bagaikan harimau tanpa taring yang melihat daging segar nan empuk di depannya.

Kira-kira demikianlah ilustrasinya sehingga secara sepintas siapa saja bisa menarik kesimpulan sederhana tentang suasana di bulan yang mulia ini. 

Dalam artikel yang saya tulis sebelum ini, telah penulis singgung bahwa dalam diri manusia sudah ada sifat buruk (setan). Kata salah satu Kompasianer mengomentari bahwa manusia lebih para dari setan itu sendiri. Maka tak heran kalau kejahatan dan kemaksiatan tetap saja merajalela di bulan Ramadhan. 

Buktinya hingar bingar klub malam tetap saja berjalan seperti biasa, panti pijat yang menawarkan keseronokan tetap saja beroperasi. Semua itu karena pemerintah berkuasa bukan mengacu pada nilai moral tetapi lebih mengutamakan ketentuan izin operasional. Hanya saja sedikit disikapi dengan aturan waktu buka tutup yang lebih singkat. Bukan ditutup untuk menghormati ramadhan dan umat yang sedang beribadah. Rugi dong, fulus tidak mengalir.

Coba saja kita amati restoran dan rumah makan tetap saja membuka pintu menebar aroma nikmatnya makanan yang tersedia walau dengan sedikit ditutup kelambu seadanya supaya terkesan tidak terang-terangan dan dengan alasan operasi untuk mereka yang non-muslim dan bagi umat Islam yang kebetulan tidak berpuasa atas alasan yang munasabah seperti wanita menstruasi dan lain sebagainya.

Mengapa kejahatan tetap merajalela di bulan para setan dibelenggu? pasti semua orang bisa menalar dan menjawab dari berbagai aspek dan persepsi!

banyak sekali jawaban dari permasalah ini. Intinya kita sendiri yang harus membelenggu diri supaya setan yang bebaspun tidak berdaya alias menjadi "setan ompong", tidak bisa berbuat sesukanya menggoda manusia untuk melakukan maksiat sehingga tidak lagi kita temui orang Islam yang makan dan minum, merokok seenaknya tanpa rasa malu di tengah umum, tidak ada lagi tindakan korupsi di dunia kerja, juga tidak terjadi lagi penipuan dalam perniagaan.

Setebal dan setinggi apapun tembok yang menghadang setan, sebesar dan sekokoh apapun rantai yang mengikat setan-setan itu, kejahatan dan kemaksiatan tetap saja merajalela selama kita tidak membentengi diri sendiri.***

KL31052017

    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun