Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengelola Jiwa dan Kesehatan Mental

10 Oktober 2022   18:01 Diperbarui: 10 Oktober 2022   18:12 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jiwa yang sehat membuat tubuh jadi sehat. Tubuh yang sehat mendukung kesehatan jiwa seseorang."

KESEHATAN MENTAL itu sangat penting, supaya dapat menjamin kesehatan jasmani seseorang. Kalimat di atas, memberikan gambaran bahwa jiwa yang sehat berkontribusi besar terhadap kesehatan raga. Antara raga dan jiwa memiliki hubungan yang erat dan saling menentukan. 

Artinya, selain faktor genetis, penyakit yang diderita oleh seseorang, banyak disebabkan oleh kondisi kesehatan mentalnya. Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental dengan mengelola stres, merupakan langkah yang bijak dalam menentukan kesehatan jiwa dan raga seseorang.

Senin pagi, 10 Oktober 2022, saya menimbah pengetahuan dengan psikolog hebat Anggun M. Pohan dalam seminar yang digelar di Aula Hasanuddin KBRI Kuala Lumpur dengan tema "Mindfulness for Stress Management."

Direktur Multi Human Cendikiawan (MHC) ini, pernah menjadi psicolog olahraga sepakbola Timna Portugal yang brpangkalan di Barcelona. Dalam dua bulan ini, dirinya wara wiri ke beberapa perwakilan RI di negara sabahat dan juga Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN).

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Lalu bagaimana cara memastikan kesehatan mental dapat dikontrol dengan baik? Salah satu kuncinya, adalah tetap aktif dan inovatif, melakukan hal-hal positif.

***

Sebuah fenomena menarik saya saksikan di Changi Airport, Singapura. Saya lihat para pekerja yang mendorong troli di Bandara Changi, terdiri dari golongan berumur senior. Sepintas kita lihat mengapa kakek-kakek mau bekerja di tempat publik, padahal bisa istirahat saja di rumah?

Kalau kita ingin tahu lebih dalam, siapa sebenarnya para lelaki senior yang bekerja sebagai pendorong troli tersebut? Usut punya usut, ternyata mereka para mantan direktur bank dan juga mantan direktur perusahaan swasta, serta pensiunan pegawai tinggi pemerintahan Singapura. 

Mereka tidak ingin duduk diam di rumah, karena yakin akan menjadi sakit bila berhenti bekerja dan tidak produktif, akan jadi stres dan jatuh sakit.

Bukan berarti mereka bekerja tidak ingin digaji, tetapi uang bukanlah tujuan utama mereka bekerja. Di tempat kerja tersebut, mereka bisa selalu berinteraksi dengan banyak orang dan yang pasti senantiasa bisa bercengkerama dengan sesama para senior yang seprofesi.

***

Banyak hal yang saya dapat dari psikolog Anggun M. Pohan, tetapi saya tidak ingin merincikan di sini, karena masalah kesehatan mental, merupakan masalah umum yang sudah sangat sering dibicarakan dalam berbagai forum.

Terima kasih dan semoga tulisan singkat ini bisa bermanfaat. 

KL: 10102022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun