Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Merefleksikan Nilai Ramadhan dalam Kehidupan Sosial

19 April 2022   04:25 Diperbarui: 19 April 2022   12:30 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

RAMADHAN bulan berkah yang padanya diturunkan al-Qur'an, kedatangannya sangat dirindukan. Tamu agung telah sekian hari bersama kita dengan seribu satu kelebihan bila dibandingkan dengan bulan-bulan lain.

Ada perubahan drastis yang terjadi sebaik saja memasuki bulan Ramadhan. Demikian juga bila nanti Ramadhan itu berlalu pergi dari kita semua, perubahan pada tata perilaku manusia yang mewarnai interaksi antar umat beragama sehingga kehidupan manusia saat di dalam Ramadhan terasa begitu indah dan damai.

Bulan kemuliaan yang didalamnya penuh ganjaran dan magfirah Allah telah memacu umat Islam untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Ganjaran kebaikan akan dilipatgandakan, sementara keburukan tetap dihitung sebagai satu keburukan.

Masyarakat non muslim juga ikut mensikapi Ramadhan dengan tidak makan sembarangan di tempat terbuka. Beberapa penganut agama lain yang tinggal serumah atau bermain bersama dengan teman mereka yang beraga Islam kadang justru ikut menahan rasa lapar bersama.

Masyarakat muslim saling berbagi. Tak sedikit masyarakat non muslim juga ikut menyediakan takjil berbuka puasa bagi saudara mereka yang muslim. Kebersamaan dalam keberagaman dalam bingkai pengakuan dan saling menghargai antar sesama umat manusia.

Siang malam semuanya berusaha berbuat baik. Coba kita amati sebelum fajar ada sekumpulan anak-anak dan juga remaja yang keliling kampung membangunkan penduduk untuk bersahur. Di sore hari menjelang berbuka puasa, jiran tetangga dan sanak keluarga tampak sibuk saling berbagi takjil. Indah sekali dan menjadi ciri khas bulan Ramadhan.

Secara sederhana, berpuasa itu menahan lapar dan dahaga selama sehari penuh dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Demikian juga menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan puasa. Segalanya dilakukan secara ikhlas dan dengan penuh disiplin.

Segala hal yang diajurkan dan ditegah selama berpuasa merupakan pola pendidikan karakter dan menumbuhkan empati yang tinggi dalam menghayati dan merasakan kesengsaraan sesama mahluk yang kurang bernasib baik.

Berpuasa sarat dengan nilai pendidikan jasmani dan ruhani. Nabi Muhammad menganjurkan kita berpuasa kerena untuk menyehatkan. Para pakar kesehatan dunia juga mengakui bahwa berpuasa itu menyehatkan badan manusia.

Yang paling spesial adalah malam lailatul qadar (malam kemuliaan). Disinyalirkan dalam al-Qur'an bahwa nilai malam lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Artinya melampaui umur normal manusia yang rata-rata hidup sekitar 60 tahun. Oleh karena itulah ummat Islam termotivasi untuk mengisi malam-malam sepanjang Ramadhan dengan ibadah dan kebaikan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun