Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Pesan Moral dalam Sinema Jadul

16 Agustus 2021   12:02 Diperbarui: 18 Agustus 2021   11:24 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi yang dijepret dari Youtube.

Seru, lucu, bersahaja, dan sarat pesan moral. Itulah yang bisa saya ungkapkan ketika menikmati tayangan jadul tahun 80-an berjudul "Si Joe Turun ke Desa."

Film komedi yang ditulis oleh budayawan Putu Wijaya itu menuntun kita pada alur penggambaran suasana pedesaan yang sangat bersahaja. Ceritanya semakin apik dengan sentuhan sutradara Chaerul Umam tentang bagaimana pemerintah desa menciptakan kerukunan bersama warga Nyalindung dan Jayamekar di Kabupaten Sukabumi. 

Tentu daya tarik utamanya dari cerita yang diangkat dalam film tersebut adalah sang bintang beken kala itu, yakni: Donny Damara, Desi Ratnasari, Dedi Petet, dan Meriam Bellina. Film semakin terasa asiknya dengan aksi tokoh antagonis yang menceritakan pemuda desa yang enggan membantu keluarga bekerja di sawah, bahkan menolak ikut serta bergotong royong yang diadakan oleh pemerintah desa, tetapi justeru nongkrong dan ngebut-ngebutan di sekitar desa. 

Pesan teguran kepada penguasa desa sebagai abdi masyarakat, diselipkan lewat kelihaian mahasiswa KKN yang bisa merangkul pemuda yang selama ini oleh warga dicap brandalan kampung. Bagi mahasiswa jangan sampai ada warga yang tersisihkan, apalagi terus menerus melabel negatif warga yang menyimpang dari nilai dan norma desa. 

Terbukti saat gotong royong yang diprakarsai oleh mahasiswa KKN membuat saluran air di sawah, para pemuda pengangguran yang selama ini dicap brandalan desa, justeru mau bergabung begotong royong. 

Film tersebut juga memberikan pelajaran bahwa sebagai akademisi harus tetap tawaduk, jangan sok berilmu dan semau-maunya mengarahkan penduduk desa yang sudah lama menyatu dengan alamnya. 

Seorang tokoh pemuda desa bernama Ujang menolak dengan sopan gagasan para mahasiswa KKN dengan sangat bijak dan mendasar, demi menjaga kesuburan tanah di desanya. Apalagi ternyata diam-diam Ujang merupakan seorang insinyur pertanian yang tentu jauh lebih berilmu dan berpengalaman dari mahasiswa yang sedang KKN tersebut.

Tayangan terasa lebih bersahaja dengan alunan lagu Rasa Sayang dan Bulan Ketawa. Mengharukan aksi warga kampung yang berduyun-duyun membawa hasil panen dipersembahkan kepada para mahasiswa sebagai oleh-oleh dan tanda keakraban mahasiswa dengan warga desa. Tak lupa rombongan mahasiswa KKN menyanyikan "lagu Saat Berpisah."

Sebuah film jadul yang asik ditonton kembali untuk hiburan di rumah dalam masa-masa keterbatasan gerak akibat Covid-19. Kadang sesekali perlu merefleksikan kembali situasi masa-masa yang silam yang bersahaja, karena kebaikan biasanya datang dari hal-hal yang sederhana.

Selamat menyambut HUT RI ke-76. Indonesia tangguh Indonesia Tumbuh.

KL: 16082021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun