Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menakar Tingkat Kesulitan Prodi Sastra Inggris

6 Mei 2021   06:15 Diperbarui: 6 Mei 2021   06:14 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa Inggris, bukan bahasa kita orang Indonesia. Jadi tentu sulit bagi kita untuk mempelajari dan mempraktekkannya. Sastra Inggris tentu lebih sulit lagi, karena akan membahas seluk beluk bahasa Inggris dari berbagai hal, seperti semantik dan sebagainya. Kalau ada yang bilang program studi Sastra Inggris itu gampang, maka sayalah yang pertama kali akan memuji orang tersebut.

Belajar tentang bahasa dan sastra tentu tidak gampang, namun bukan berarti kita tidak bisa menguasainya. Saya merasakan tidak semudah lidah naik turun berdolak dalik. Mungkin karena saya yang punya IQ pas-pasan, saya selalu kesulitan bila bertemu dengan pelajaran bahasa. Jangankan bahasa orang lain, pelajaran bahasa Indonesia saja, saya tidak pernah mendapat nilai bagus selama belajar. Pelajaran lain bisa mencapai delapan ke atas, namun giliran bahasa Indonesia, selalu saja dapat nilai antara enam dan tujuh.

Selama ini, sering saya dengar ungkapan sinis kalau prodi Sastra Inggris Universitas Terbuka (UT) itu gampang. Oleh sebab itu, banyak mahasiswa yang berhasil wisuda setiap tahun.  Akibatnya banyak yang coba-coba daftar prodi Sastra Inggris karena ingin cepat jadi sarjana, padahal tidak memiliki dasar pengetahuan dan keterampilan sama sekali.

Banyaknya jumlah lulusan prodi Sastra Inggris, tidak bisa dijadikan indikator bahwa prodi tersebut lebih gampang berbanding prodi lainnya. Sejauh ini, saya belum pernah membaca jurnal tentang adanya keterkaitan antara banyaknya jumlah lulusan dengan rendahnya tingkat kesulitan program studi. Yang saya sering baca adalah adanya korelasi positif antara tingkat keseriusan dan kegigihan belajar mahasiswa dengan durasi waktu menyelesikan studi.

Minggu lalu, justeru saya mendapat kasus seorang mahasiswa semester pertama menyesal memilih prodi Sastra Inggris dan ingin pindah ke prodi lain. Alasannya tidak bisa mengikutinya dan dia sadar sangat sulit, lebih-lebih lagi nanti bila sudah semester dua dan seterusnya, pasti akan lebih sulit untuk diikuti.

Dunia akademik adalah dunia penalaran empiris, bukan dunia yang cukup disimpulkan dengan rasa dan kira-kira. Jadi, yang berbicara prodi Sastra Inggris itu gampang berdasarkan banyaknya wisudawan dari prodi tersebut setiap tahun, merupakan ungkapan teori cocokologi.[]

KL: 06052021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun